Archive for Agustus 2nd, 2012

2 Agustus 2012

WAKTU TIDUR YANG PALING DILARANG RASULULLAH

oleh alifbraja

WAKTU TIDUR YANG PALING DILARANG RASULULLAH

Tidur menjadi sesuatu yang esensi dalam kehidupan kita. Karena dengan tidur, kita menjadi segar kembali. Tubuh yang lelah, urat-urat yang mengerut, dan otot-otot yang dipakai beraktivitas seharian, bisa meremaja lagi dengan melakukan tidur.

Dalam Islam, semua perbuatan bisa menjadi ibadah. Begitu pula tidur, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Dalam Al-Quran, Allah swt pun menyuruh kita untuk tidur. Namun, ternyata ada dua waktu tidur yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk tidak dilakukan.

1. Tidur di Pagi Hari Setelah Shalat Shubuh

Dari Sakhr bin Wadi’ah Al-Ghamidi radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

Ya Allah, berkahilah bagi ummatku pada pagi harinya” (HR. Abu dawud 3/517, Ibnu Majah 2/752, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122 dengan sanad shahih).
Ibnul-Qayyim telah berkata tentang keutamaan awal hari dan makruhnya menyia-nyiakan waktu dengan tidur, dimana beliau berkata :

“Termasuk hal yang makruh bagi mereka – yaitu orang shalih – adalah tidur antara shalat shubuh dengan terbitnya matahari, karena waktu itu adalah waktu yang sangat berharga sekali. Terdapat kebiasaan yang menarik dan agung sekali mengenai pemanfaatan waktu tersebut dari orang-orang shalih, sampai-sampai walaupun mereka berjalan sepanjang malam mereka tidak toleransi untuk istirahat pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Karena ia adalah awal hari dan sekaligus sebagai kuncinya. Ia merupakan waktu turunnya rizki, adanya pembagian, turunnya keberkahan, dan darinya hari itu bergulir dan mengembalikan segala kejadian hari itu atas kejadian saat yang mahal tersebut. Maka seyogyanya tidurnya pada saat seperti itu seperti tidurnya orang yang terpaksa” (Madaarijus-Saalikiin 1/459).

2. Tidur Sebelum Shalat Isya’

Diriwayatkan dari Abu Barzah radlyallaahu ‘anhu : ”Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membenci tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya” (HR. Bukhari 568 dan Muslim 647).

Mayoritas hadits-hadits Nabi menerangkan makruhnya tidur sebelum shalat isya’. Oleh sebab itu At-Tirmidzi (1/314) mengatakan : “Mayoritas ahli ilmu menyatakan makruh hukumnya tidur sebelum shalat isya’ dan mengobrol setelahnya. Dan sebagian ulama’ lainnya memberi keringanan dalam masalah ini. Abdullah bin Mubarak mengatakan : “Kebanyakan hadits-hadits Nabi melarangnya, sebagian ulama membolehkan tidur sebelum shalat isya’ khusus di bulan Ramadlan saja.”

Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul-Baari (2/49) : “Di antara para ulama melihat adanya keringanan (yaitu) mengecualikan bila ada orang yang akan membangunkannya untuk shalat, atau diketahui dari kebiasaannya bahwa tidurnya tidak sampai melewatkan waktu shalat. Pendapat ini juga tepat, karena kita katakan bahwa alasan larangan tersebut adalah kekhawatiran terlewatnya waktu shalat.”

2 Agustus 2012

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD DALAM RAMALAN KAUM YAHUDI

oleh alifbraja

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD DALAM RAMALAN KAUM YAHUDI

 
 

Sesungguhnya, kaum Yahudi mengetahui tentang kebenaran fakta sebagaimana digambarkan dalam ayat di atas, namun mereka menyembunyikannya, bahkan semakin membangun kezaliman dan kecongkakan mereka pada setiap zaman.
 
Pengetahuan Yahudi tersebut sama dengan dahulu ketika mereka mengetahui dan mengimani kedatangan penutup para Nabi yaitu Muhammad bin Abdillah (saw). Mereka berbondong-bondong berhijrah menuju Jazirah Arabia untuk menunggu kedatangan Nabi terakhir. Mereka pun tahu waktu dan tibanya kelahiran Rasulullah, sebagian mereka mendiami kota Mekah dan berdagang di sana.
 
Dan ketika tiba malam dilahirkannya Rasulullah (saw), mereka mendatangi kaum Arab Quraisy dan berkata: ?Wahai Quraisy, apakah ada bayi dari kalian yang lahir pada malam ini? Kaum Quraisy menjawab? Demi Tuhan, kami tidak tahu?. Yahudi berkata,”Allah Maha Besar. Jika kalian memang tidak mengetahuinya, tidak menjadi soal. Tapi, tolong perhatikanlah dan jagalah dengan baik-baik apa yang kami katakan kepada kalian ini! Telah lahir pada malam ini Nabi terakhir untuk umat manusia yang di antara pundaknya ada sebuah tanda kenabian.?
 
Orang-orang Quraisy kemudian terperanjat heran mendengar perkataan orang-orang Yahudi tersebut. Ketika pulang ke rumah, mereka pun memberi kabar kepada sanak keluarga serta handai taulan. Lalu mereka mendapatkan kabar bahwa telah lahir putra dari Abdullah bin Abdul Muthalib yang diberi nama Muhammad.
 
Kemudian orang-orang Quraisy segera mendatangi Yahudi tadi dan memberi kabar berita kelahiran tersebut. Secara bersama-sama mereka pun mendatangi Aminah, ibunda Nabi dan meminta untuk ditunjukkan bayi itu kepada mereka. Dan di antara kedua pundak bayi itulah mereka mendapatkan sebuah tanda kenabian, sebagaimana yang telah disifatkan sebelumnya. Orang-orang Yahudi lalu memberikan ucapan selamat kepada kaum Qura isy.
 
“Selamat Wahai kaum Quraisy, telah pindah nubuwwah (kenabian) dari kami Bani Israil kepada kalian (kaum Quraisy), bergembiralah! Kelak kalian akan berkuasa dari Timur hingga Barat bumi ini”
 
Sebenarnya kaum Yahudi banyak mengetahui rahasia-rahasia besar. Hanya saja, mereka kerap menyembunyikan kebenaran dari rahasia tersebut.
2 Agustus 2012

Sejarah Singkat Kyai Sengkelat

oleh alifbraja

Keris Kyai Sengkelat

Kyai Sengkelat adalah keris pusaka luk tiga belas yang diciptakan pada jaman Majapahit (1466 – 1478), yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertabhumi (Brawijaya V) karya Mpu Supa Mandagri.
Mpu Supa adalah salah satu santri Sunan Ampel. Konon bahan untuk membuat Kyai Sengkelat adalah cis, sebuah besi runcing untuk menggiring onta. Konon, besi itu didapat Sunan Ampel ketika sedang bermunajat. Ketika ditanya besi itu berasal darimana, dijawab lah bahwa besi itu milik Muhammad saw. Maka diberikan lah besi itu kepada Mpu Supa untuk dibuat menjadi sebilah pedang.

Namun sang mpu merasa sayang jika besi tosan aji ini dijadikan pedang, maka dibuatlah menjadi sebilah keris luk tiga belas dan diberi nama Kyai Sengkelat. Setelah selesai, diserahkannya kepada Sunan Ampel. Sang Sunan menjadi kecewa karena tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Menurutnya, keris merupakan budaya Jawa yang berbau Hindu, seharusnya besi itu dijadikan pedang yang lebih cocok dengan budaya Arab, tempat asal agama Islam. Maka oleh Sunan Ampel disarankan agar Kyai Sengkelat diserahkan kepada Prabu Brawijaya V.
Ketika Prabu Brawijaya V menerima keris tersebut, sang Prabu menjadi sangat kagum akan kehebatan keris Kyai Sengkelat. Dan akhirnya keris tersebut menjadi salah satu piyandel (maskot) kerajaan dan diberi gelar Kangjeng Kyai Ageng Puworo, mempunyai tempat khusus dalam gudang pusaka keraton.
Pusaka baru itu menjadi sangat terkenal sehingga menarik perhatian Adipati Blambangan. Adipati ini memerintahkan orang kepercayaannya untuk mencuri pusaka tersebut demi kejayaan Blambangan, dan berhasil. Mpu Supa yang telah mengabdi pada kerajaan Majapahit diberi tugas untuk mencari dan membawa kembali pusaka tersebut ke Majapahit. Dalam menjalankan tugasnya, sang Mpu menyamar sebagai seorang pandai besi yang membuat berbagai alat pertanian dan mengganti namanya menjadi Ki Nambang.

Di samping pandai membuat alat pertanian, beliau juga membuat tombak, pedang dan keris yang kemudian dipamerkan di tempat-tempat keramaian, di Blambangan. Seketika pameran tersebut memancing perhatian banyak orang. Banyak sekali pesanan datang dari para pejabat kadipaten Blambangan. Termasuk patih Adipati Blambangan yang memesan Keris Carangsoka.
Akhirnya sang adipati Blambangan menyaksikan keris ciptaan Ki Nambang, sebilah keris Carangsoka yang sangat bagus dan ampuh. Ketika ditusukkan ke pohon pisang, seketika itu seluruh daun pisang menjadi layu. Karenanya sang mpu di undang untuk menghadap ke kadipaten guna membicarakan suatu hal yang rahasia dengan alasan agar percikan bunga api besi bahan kerisnya, tidak menjadi bencana bagi rakyat Blambangan.

Ternyata setelah Ki Nambang datang menghadap, didapatnya tugas untuk membuat “putran” atau tiruan Kangjeng Kyai Puworo (Keris Sengkelat). Ki Nambang dengan siasatnya meminta disediakan perahu untuk membuat tiruan Kyai Sengkelat dengan alasan percikan bunga api besi bahan kerisnya tidak menimbulkan bencana bagi rakyat Blambangan.
Singkat cerita, akhirnya rencana mendapatkan kembali keris pusaka Majapahit itu berhasil tanpa harus menimbulkan kecurigaan dan pertumpahan darah. Malah Ki Nambang akhirnya dianugerahi seorang putri kadipaten yang bernama Dewi Lara Upas, adik dari Adipati Blambangan itu sendiri. Serta mendapatkan gelar kebangsawanan sebagai Kangjeng Pangeran berikut tanah perdikan di Desa Pitrang. Maka namanya pun berubah menjadi Kangjeng Pangeran Pitrang yang bekerja sebagai mpu kadipaten Blambangan.

Sang Mpu yang berhasil melaksanakan tugas selalu mencari cara agar dapat kembali ke Majapahit. Ketika kesempatan itu tiba maka beliau pun segera kembali ke Majapahit dan meninggalkan istrinya yang sedang hamil. Sebelum pergi, beliau meninggalkan pesan kepada sang istri bahwa kelak jika anak mereka lahir laki-laki agar diberi nama Joko Suro, serta meninggalkan besi bahan membuat keris.

Lima belas tahun kemudian setelah Mpu Pitrang meninggalkan Blambangan, datang lah seorang pemuda yang mengaku sebagai anak mpu Supa. Ketika ditanya, ia mengaku bernama Joko Suro. Mpu meminta bukti berupa besi bahan membuat keris. Namun ketika diserahkan oleh Joko Suro, besi bahan itu telah menjadi sebilah keris. Ternyata selama dalam perjalanan mencari ayahandanya, besi itu oleh Joko Suro dipijit-pijit dan ditarik olehnya hingga menjadi sebilah keris kecil. Maka keris itu pun dinamakan Keris Kyai Bethok yang mempunyai keampuhan menyingkirkan niat jahat.

2 Agustus 2012

HATI

oleh alifbraja

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…,
Setiap orang yang beriman pasti berharap memiliki hati bersih dan berkilau, sebab hati yang bersih dapat memantulkan cahaya ruhaniah, kemudian menjadi penglihatan batin (bashiratul qalbi) dalam memandang keelokan wujud Allah. Namun cahaya ruhaniah hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang telah melampaui pergulatan ruhani.

“Bagaimana hati dapat memantulkan cahaya, padahal gambar selain Allah terlukis dalam cermin hatinya? Atau bagaimana orang dapat berangkat menghadap Allah, padahal hatinya masih terbelenggu oleh syahwatnya? Atau bagaimana orang bisa antusias dapat masuk ke hadhirat Allah, padahal hatinya belum suci dari janabah kelalaiannya? Atau bagaimana bisa berharap dapat memahami kedalaman rahasia ruhani, padahal belum bertaubat dari semua kesalahannya?”.

Hati seorang hamba itu sebagai tempat Allah memantulkan cahaya-Nya, pantulan cahaya itu akan menerangi basyariah (raga) manusia. Jika sumber cahaya itu diibaratkan matahari, maka bumi yang menerima cahaya dari rembulan sebagai tempat pantulan cahaya matahari. Cahaya itu akan sampai ke bumi jika tidak ada hijab berupa awan atau mendung yang menghalangi.

Hati buram
Hati yang selalu diwarnai oleh berbagai persoalan dunia, menjadi buram dan gelap. Jika hakikat dunia disebut zhulmah (gelap), maka wujud Allah diibaratkan sumber cahaya yang menerangi hati. “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi” (An-Nuur: 35). Bagaimana hati bisa memantulkan cahaya Ilahi, jika masih tertutup oleh keadaan dan lukisan-lukisan dunia. Karena hati yang tertutup oleh awan dunia pasti jadi gelap gulita. Pada dasarnya, gelap dan terang itu suatu keadaan tak terpisah sekaligus tak bisa disatukan. Jika dianalogikan: Wujud gelap karena cahaya ada di baliknya, disebut terang karena cahaya beserta dengan gelap. Tetapi gelap dan terang hakikatnya satu namun tak menyatu, bisa juga dimaknai sebagai dua wujud tak terpisahkan.

Tatkala hati tidak mampu melihat dengan bashiratul qalbi (penglihatan hati), pasti ada yang menghalangi sumber cahaya tersebut, sehingga hati tidak dapat memantulkan cahayanya. Yang menghalangi wujud Allah ialah pandangan dan rasa kemanusiaan (basyariah) pada setiap wujud selain-Nya. Jika hati orang yang menuju Allah (salik) ada rasa cinta dan ambisi untuk memiliki dan menguasai sesuatu, maka rasa terhadap sesuatu itu juga tirai atau hijab. Kendatipun sesuatu itu hakikatnya tidak ada, tapi rasa basyariah yang mengusung sesuatu menjadi gambar dan lukisan di dalam hati, itulah hakikat Hijab!

Belenggu syahwat
Hati yang sarat dengan lukisan dunia akan menimbulkan letupan-letupan syahwat kehidupan. Hembusan angin gairah mengobarkan api tamak, menjilat dan membakar akal. Puing-puing nafsu berserakan menjadi sampah ruhani. Asap cinta memenuhi hati, menjelma rangkaian tali-tali pengikat yang membelenggu perjalanan (menuju Allah).

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”(Ali ‘Imran: 14).

Pada hakikatnya, fasilitas hidup yang Allah sediakan di dunia adalah tali-tali syahwat yang dapat menjerat hati. Keindahannya sebatas fatamorgana dan kenikmatannya mengukir persoalan hidup bagi orang yang berjalan menuju Allah. Persoalan demi persoalan datang silih berganti menghimpit hati dan melelahkan jiwa. Kendatipun harus dimaknai setiap persoalan sebagai ujian dan cobaan, yang semestinya tidak menghalangi perjalanan, namun tidak banyak yang mampu memahami.

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (Al Anbiyaa’: 35).

Kehidupan dunia bagi orang yang beriman adalah penjara. Maka siapa pun yang tidak mampu membebaskan diri dari penjara tersebut, niscaya akan terbelenggu oleh syahwat rasa memiliki dan menguasai yang berujung pada kegelisahan, seperti dihantui rasa takut kehilangan sesuatu yang dicintai.

Kemudian, bagaimana bisa berangkat menuju Allah jika tidak mampu melepaskan diri dari tirai syahwat yang membelenggu. Padahal Allah sudah memberi jalan kepada hamba-hamba-Nya untuk “berniaga ruhani”, dengan imbalan keuntungan berupa pembebasan diri (manusia) dari belitan syahwat dan penderitaan.

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar” (Ash Shaff: 10-12).

Mandi ruhani
Pergualatan ruhani untuk mencapai “mahligai ilahi” adalah sebuah perjuangan bagi orang-orang yang merindukan perjumpaan dengan Rabbnya (baca: Allah). Namun perjuangan itu tak akan ada hasilnya, bila tidak disertai persiapan matang.

Bekal yang harus disiapkan untuk menuju kepada Allah antara lain adalah: Taqwa sebagai bekal, zikir sebagai senjata, semangat sebagai kendaraan, mursyid sebagai pembimbing, dan yang terakhir adalah saudara seiman sebagai teman seperjalanan. Persiapan tersebut harus dirangkai dengan pengabdian melalui media basyariah (raga) dan nafsaniah (jiwa).

Maka hati yang bersih dari berbagai kotoran dunia yang membuat lalai, menjadi syarat penting menuju Allah. Membersihkan hati sama dengan “mandi ruhani” (janabat), mengawalinya dengan sikap batin tidak syirik, dilanjutkan ibadah lahiriah (amalan shalih).

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri, (dengan cara) dia ingat nama Tuhannya (zikir), lalu dia sembahyang (hubungan yang mesra)” (Al A’laa: 14-15).

Sikap tenang dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, adalah tanda dari orang yang hati dan jiwanya sudah bersih.

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku” (Al Fajr: 27-30).

Ampunan
Harapan setiap orang yang menuju Allahd adalah kemampuan memahami ilmu-ilmu-Nya yang menjadi pelita perjalanan. Karena ilmu itu sebagai jembatan untuk mencapai amal ibadah yang sempurna. Amal ibadah juga bisa jadi jembatan (dengan izin-Nya) untuk meraih ilmu-ilmu yang ada pada rahasia Allah (laduni). Namun untuk menyentuh rahasia ruhani yang halus dan penuh metafor (kinayah), harus melalui tahapan pembersihan hati dan jiwa dari maksiat lahir maupun batin (taubatan nasuha).

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (An Nisaa’: 17).

Tak ada satu pun manusia yang terlepas dari dosa masa lalu, juga tak ada jaminan terbebas dari kesalahan-kesalahan yang akan datang, kecuali Nabi Besar Muhammad saw. yang sudah jelas Ma’sum(terpelihara). Namun Allah tetap membuka pintu taubat untuk setiap dosa hamba-Nya, kecuali dosa syirik.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (An Nisaa’: 48).

Ampunan Allah akan mengalir laksana sumber air yang tak ada habisnya, tentu ditujukan kepada orang yang bersungguh-sungguh membersihkan hati dari sampah dunia yang membuat lupa pada Allah.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”(At Tahrim: 8).

Proses pertaubatan dilalui dengan rangkaian: menyesali, berhenti dan berjanji untuk tidak mengulanginya, kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan ibadah ritual, baik yang fardhu (wajib) maupun yang nawafil (sunah). Jika proses pertaubatan telah dilalui, maka tidak menutup kemungkinan Allah akan membukakan rahasia-rahasia ruhaniah-Nya yang penuh metafor. Tak ada yang dapat menyentuh wilayah ruhani, kecuali orang-orang yang telah dibersihkan hatinya. Dengan demikian bisa pula dimaknai, kebersihan hati merupakan kunci untuk membuka gerbang alam ruhani.

Hijab
Berjalan menuju Allah tidak sama dengan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, seperti pergi ibadah haji misalnya. Jika berjalan menuju rumah Allah (Ka’bah) disebut “haji syari’at”, maka berjalan menuju Allah bisa disebut “haji hakikat”. “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (Al Kahfi: 110).

Berjalan menuju Allah butuh persiapan yang baik dan benar, tidak cukup hanya berbekal semangat yang membara, tanpa persiapan lahir dan batin. Bila persiapan yang dimiliki tidak optimal, maka tidak menutup kemungkinan akan terjebak di rimba nafsu yang akhirnya menjadi hijab antara dirinya dengan Allah. Meskipun pada hakikatnya Allah itu tidak terhijab oleh sesuatu apapun, bahkan Allah sendiri yang membuat hijab untuk menutupi diri-Nya dengan wujud yang fana (tidak ada) ” Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah” (Al Qashash: 88).

Persoalan hijab pada dasarnya hanya masalah rasa dan pandangan manusia dalam memaknai sesuatu. Akan ada wujud hijab, bila dipandang secara hissy (materi). Tetapi hijab itu jadi tidak ada, ketika dilihat secara maknawi. Karena pada hakikatnya selain Allah itu tidak ada.

“Setiap sesuatu itu binasa (fana) dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan” (Ar Rahmaan: 26-27).

Ibnu ‘Athoillah menjelaskan di dalam Hikamnya: “Di antara bukti-bukti yang menunjukkan kepadamu adanya kekuasaan Allah yang luar biasa, ialah dapat menghijabimu dari melihat kepada-Nya dengan hijab yang tidak ada wujud sertanya”.

Beliau juga merangkai ketakjuban dalam untaian kalimat indah berikut ini:

  • Bagaimana mungkin dapat dibayangkan Allah terhijab oleh sesuatu, padahal Dia yang menampakkan segala sesuatu.
  • Bagaimana mungkin dapat dibayangkan Allah terhijab oleh sesuatu, padahal Dia yang tampak nyata dengan segala sesuatu.
  • Bagaimana mungkin dapat dibayangkan Allah terhijab oleh sesuatu, padahal Dia yang terlihat di setiap sesuatu.
  • Bagaimana mungkin dapat dibayangkan Allah terhijab oleh sesuatu, padahal Dia yang tampak pada tiap-tiap sesuatu.
  • Bagaimana mungkin dapat dibayangkan Allah terhijab oleh sesuatu, padahal Dia yang nyata sebelum adanya tiap-tiap sesuatu.
  • Bagaimana mungkin dapat dibayangkan Allah terhijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih jelas dari segala sesuatu apapun.
  • Bagaimana mungkin dapat dibayangkan Allah terhijab oleh sesuatu, padahal Dia Esa, tidak ada sesuatu apapun bersama-Nya.
  • Bagaimana mungkin dapat dibayangkan Allah terhijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu.
  • Bagaimana mungkin dapat dibayangkan Allah terhijab oleh sesuatu, padahal andaikan tak ada Dia, niscaya tak akan ada segala sesuatu.

Bila Allah hendak memberi petunjuk dan membuka hijab kepada seorang hamba tentang diri-Nya, maka Ia menutup pandangan hamba dengan tirai kesucian-Nya, sehingga hamba itu tidak mampu melihat sesuatu selain wujud-Nya. Karena pada hakikatnya wujud akwan (keadaan) itu bersifat adamiyyah (sesuatu yang tidak ada). Sebagaimana pula kata pujangga arab: “Camkanlah, bahwa segala sesuatu selain Allah itu palsu belaka. Dan tiap-tiap nikmat kesenangan dunia itu, pasti akan rusak lenyap”.

Tak ada hijab
Dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada hakikatnya Allah itu tidak terhijab oleh sesuatu apapun, sebab keberadaan sesuatu yang bersifat adamiyah tidak mungkin dapat menghijabi Allah. Bahkan sebaliknya, makhluk yang bernama manusia itulah yang terhijab, sehingga tidak dapat melihat adanya Allah. Sebab sekiranya ada sesuatu yang mampu menghijabi Allah, berarti sesuatu itu dapat menutupi wujud Allah. Jika ada yang mampu menutupi-Nya, berarti wujud Allah dapat terkurung oleh sesuatu yang mengurung-Nya, maka sesuatu yang terkurung, sudah pasti dapat dikuasai oleh yang mengurung. Maha Suci Allah dari sangkaan orang-orang yang jahil (bodoh), padahal Allah yang berkuasa atas semua makhluk-Nya.

Para ‘arifin billah berkata: “Segala sesuatu selain Allah pada hakikatnya tidak ada”. Maksudnya, keberadaan Allah tidak dapat disamakan dengan sesuatu apapun. Wujud sesuatu selain Allah tak ubahnya wujud bayangan yang selalu bergantung kepada yang memberi bayangan. Melihat bayangan tanpa mengetahui sumber bayangan, berarti terhijab oleh sesuatu yang hakikatnya tidak ada.

Wallahu alam bisowab…
Semoga bermanfaat buat diriku dan sahibku semuanya…
Selamat beraktifitas berselimut dzikrullah…

2 Agustus 2012

KEDATANGAN MUHAMMAD DALAM ALKITAB

oleh alifbraja

TENTANG KEDATANGAN NABI MUHAMMAD S.A.W.

KEDATANGAN NABI SESUDAH YESUS MENURUT AGAMA KRISTEN

Dr. J. Verkuyl menulis sebagai berikut:

“Apabila orang menyangka bahwa sesudah Tuhan Yesus, masih ada orang yang datang menambah pengajaran Tuhan Yesus atau menyangka masih ada orang yang seperti Yesus, maka salahlah ia.

Allah telah berfirman dan menyatakan diri sesempurnanya didalam Tuhan Yesus Kristus.

Seterusnya ia menulis lagi: “Jadi sesudah Kristus tidak ada lagi seorang nabi yang muncul, yang dapat menambah, mengubah, mengganti atau membatalkan pengajarannya”.1)

KEDATANGAN NABI SESUDAH YESUS MENURUT AGAMA ISLAM

Menurut ajaran agama Islam, sesudah Nabi Isa atau Yesus akan datang lagi seorang Nabi, yaitu Nabi Muhammad s.a.w. Kedatagannya itu telah diberitakan Tuhan lebih dahulu dengan perantaraan Nabi-nabi-Nya. Berita kedatangannya itu seterusnya dicantumkan didalam Taurat dan Injil.

Firman Tuhan :

Artinya: (Orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Tuhan itu ialah) Orang-orang yang mengikut Rasul lagi Nabi yang ummi yang dijumpai mereka dia tertulis pada sisi mereka didalam Taurat dan Injil, yang menyuruh mereka dengan kebaikan dan melarang mereka daripada yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka yang baik-baik dan mengharamkan atas mereka yang keji-keji dan menggugurkan dari pada mereka keberatannya dan belenggu yang ada atas mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya dan memuliakannya dan menolongnya dan mengikut terang yang telah diturunkan sertanya, mereka itulah orang-orang yang berbahagia. (Al A’raf 157)

Dalam ayat ini dinyatakan bahwa orang-orang yang disebut beriman ialah orang-orang yang mengikut Rasul lagi Nabi yang ummi yang tertulis didalam Taurat dan Injil. “Ummi” maksudnya tidak tahu membaca dan menulis. Rasul lagi Nabi yang ummi itu ialah Nabi Muhammad s.a.w. Ia seorang Rasul lagi Nabi yang tidak tahu membaca dan menulis. Dengan demikian diketahui bahwa kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. telah diberitakan Tuhan lebih dahulu dengan menuliskannya didalam Taurat dan Injil.

Firman Tuhan:P

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Isa anak mariam berkata: Hai Bani Israil, sesungguhnya aku utusan Allaah kepadamu, yang membenarkan apa yang ada dihadapanku, yaitu Taurat, dan menyampaikan kabae kesukaan dengan kedatangan seoprang rasul kemudianku namanya Ahmad. Maka tatkala ia telah datang kepada mereka dengan beberapa keterangan, kata mereka: “Ini adalah sihir yang terang”. (Ash-Shaf 6)

Dengan ayat ini Tuhan menyatakan bahwa Nabi Isa telah menubuatkan kedatangan seorang rasul yang akan datang kemudiannya bernama Ahmad. Ahmad itu satu diantara nama-nama Nabi Muhammad S. A. W.. Dengan demikian diketahui bahwa kedatangan Nabi Muhammad S. A. W. Itu telah diberitakan lebih dahulu oleh Nabi Isa

PENJELASAN DAN PERBANDINGAN AJARAN KEDUA AGAMA TERSEBUT.

1. Menurut Alkitab Nabi-nabi masih ada sesudah Yesus.

Dr. Je. Verkuyl menerangkan di atas bahwa sesudah Yesus tidak ada lagi seorang Nabi yang muncul yang dapat menambah, mengobah dan membatalkan ajaran Yesus. Pendapat itu menurut ajaran agama Kristen sudah seharusnya demikian. Seperti telah diterangkan, menurut ajaran agama Kristen, kedatangan Yesus ke dunai adalah untuk menyelesaikan akibat kesalahan Adam mengenai pelanggaran dalam persoalan memakan seubah kau. Adam telah berdosa sebab memakan sebuahy buah kayu di taman Firdaus dan manusia seluruhnya telah mewarisi dosa itu. Maka Yesus sebagai anak Allaah lalu datang ke dunia menjelma menjadi manusia kemudian mati disalibkan untuk menebus dosa itu. Menurut ajaran agama Kristen, Yesus telah melaksanakan tugasnya. Dengan demikian persoalannya telah selesai. Maka tidak ada yang akan ditambah dan yang akan dibatalkan lagi.

Akan tetapi menurut ajaran agama Islam yesus hanya seorang manusia yang diutus Tuhan bertugas me njadi Nabi untuk memimpin manusia pada jalan kebaikan. Ia termasuk golongan Nabi-nabi yang sudah diutus Tuhan pada zaman-zaman yang lalu dan telah melakukan pimpinannya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diwahyukan Tuhan kepadanya. Oleh karena manusia sesudah Yesus masih memerlukan petunjuk Tuhan yang benar dan yang lebih sempurna, maka Tuhan mengutus lagi RasulNya menyampaikan petunjuk itu. Tuhan telah mengutus Nabi Muhammad S. A. W. Sebagai Rasul yang terakhir dengan membawa petunjuk yang lebih lengkap dan sempurna.

Menurut Alkitab, sesudah Yesus masih ada nabi-nabi yang datang. Dalam Kisah Rasul-Rasul pasal 11 tersebut:

(27) Pada masa itu datanglah beberapa orang nabi dari Jeruzalem turun ke Antiochia.

(28) Maka bangkitlah seorang dari antara mereka itu bernama Agabus, lalu menyatakan dengan ilham Roh, bahwa suatu bela kelaparan yang besar akan jadi di seluruh dunia ini. Maka berlakulah yang demikian itu pada zaman Kalaudius.

Ayat-ayat ini menyatakan bahwa pada zaman rasul-rasul Yesus beberapa orang nabi telah datang dari Jeruzalem ke Antiochia, seorang diantaranya bernama Agabus.

Dalam Kisah Rasul-Rasul pasal 21 tersebut:

(10) Sementara kami tinggal beberapa hari lamanya disitu, maka turunlah dari tanah Judea seorang nabi, namanya Agabus.

(11) lalu datang kepada kami, mengambil ikat pinggang Paulus, mengikat kaki tangannya sendiri serta berkata: “Inilah sabda Rohul kudus, bahwa orang yang empunya ikat pinggang ini, sedemikian inilah akan diikat di Jeruzalem oleh orang Yahudi dan diserahkan ketangan orang kafir.

Dalam Kisal Rasul-Rasul pasal 13 tersebut:

(1) Adalah di Antiochia didalam sidah jumat beberapa nabi dan guru, yaitu Barnabas dan Simon yang bergelar Nigar, dan Lukas orang Kireni, dan Manahen saudara susuan Herodes, raja seperempat negeri, dan Saul.

Dalam Kisah Rasul-Rasul pasal 15 tersebut:

(32) Maka Yudas dan Silas, yang sendirinyapun nabi juga, menyegarkan hati segala saudara itu sambil meneguhkan mereka itu dengan beberapa banyak perkataan.

Dalam ayat ini disebutkan lagi bahwa pada zaman murid-murid Yesus ada lagi seorang Nabi yang bernama Silas. Dengan demikian ternyata bahwa menurut Alkitab masih ada Nabi yang datang sesudah Yesus. Jadi Yesus bukanlah Nabi yang terakhir.

2. Menurut Yesus masih akan datang lagi Nabi yang benar kemudiannya, karena itu ia menunjukkan tanda-tandanya

Menurut Yesus akan datang lagi Nabi-nabi kemudiannya. Ada nabi yang benar dan ada nabi yang palsu. Oleh karena itu ia lalu menunjukkan tanda-tanda pengenalannya. Dalam Injil Matius pasal 7 tersebut:

(15) Jagalah dirimu dari pada segala nabi palsu, yang datang kepadamu mereka seperti serigala buas.

(16) Dari pada buah-buahnya kamu akan mengenal dia. Pernahkah orang memetik buah anggur dari pada pokok duri, atau buah ara dari pada pokok unak?

(17) Demikian juga tiap-tiap pohon kayu yang baik, berbuahkan buah yang baik; tetapi pohon kayu yang jahat, berbuahkan buah yang jahat.

(18) Tiada dapat pohon kayu yang baik berbuahkan buah yang jahat, atau pohon yang jahat itu berbuahkan buah yang baik.

(19) Tiap-tiap pohon kayu, yang tiada memberi buah yang baik, akan dipotong dan dibuangkan ke dalam api.

(20) Sebab itu dari pada buahnya kamu akan mengenal dia.

Seterusnya dalam 1 Yahya pasal 4 tersebut demikian:

(1) Hari segala kekasihku, janganlah percaya akan sebarang roh, melainkan ujilah segala roh itu kalau-kalau dari pada Allah datangnya; karena banyak nabi palsu sudah keluar ke seluruh dunia.

(2) Dengan yang demikian dapatlah kamu mengenal Roh Allah, yaitu tiap-tiap roh, yang mengaku bahwa Yesus Kristus sudah datang dengan keadaan manusia, itu dari pada Allah.

(3) dan tiap-tiap roh, yang tiada mengaku Yesus itu, bukanlah dari pada Allah, melainkan inilah roh di Dajjal, yang telah kamu dengar yang akan datang, dan sekarang ini sudah ada didalam dunia.

Dengan ayat-ayat yang tersebut diatas ini Yesus menyuruh menjaga diri dari pada nabi-nabi palsu yang akan datang. Yesus menyuruh mengenalnya dari pada buahnya, baik itu jahat. Seterusnya Yesus menyuruh pula menguji tiap-tiap roh yang datang, apakah dari pada Allah atau dari pada Dajjal. Keterangan Yesus ini memberi pengertian bahwa Nabi yang benar akan datang lagi sesudah Yesus, karena ia masih menyuruh memeriksa dan mengujinya dengan mengemukakan tanda-tanda Nabi dan roh yang benar itu. Seandainya tiap-tiap Nabi yang akan datang palsu, tentulah Yesus tidak mengatakan demikian, tetapi ia akan memperingatkan supaya jangan mempercayai tiap-tiap Nabi yang akan datang, karena Nabi yang benar tidak akan datang lagi.

Menurut Yesus, Nabi yang benar itu akan dapat diketahui dari pada buahnya yang baik dan dari pada ajarannya yang mengakui bahwa Yesus Kristus sudah datang dengan keadaan manusia. Tanda itu kedua-duanya telah sesuai kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang datang kemudian Yesus. Nabi Muhammad s.a.w. dengan ajaran-ajarannya yang lengkap dan sempurna telah mengeluarkan buah yang baik. Dalam masa 23 tahun ia telah mengobah keadaan masyarakat yang buruk menjadi masyarakat yang sebaik-baiknya. Seterusnya buah ajarannya yang baik itu telah mendatangkan kebahagiaan bagi manusia berabad-abad lamanya. Selanjutnya Nabi Muhammad s.a.w. telah mengakui bahwa Yesus Kristus benar-benar telah datang dalam keadaan manusia dan ia menolak dengan tegas Yesus telah datang dalam keadaan Tuhan atau anak Tuhan.

3. Menurut sejarah orang-orang Yahudi dan Kristen di sekitar zaman kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. masih menunggu kedatangan seorang Nabi.

Menambah bukti-bukti bahwa kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai sorang Nabi adalah benar-benar telah tercantum di dalam Taurat dan Injil ialah orang-orang Yahudi dan Kristen disekitar zaman kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. masih menunggu-nunggu kedatangan seorang Nabi. Hal itu dapat dibuktikan oleh keterangan sejarah yang berikut:

Pada ketika Nabi Muhammad s.a.w, berumur dua belas tahun ia dibawa oleh Abu Thalib, saudara bapaknya ikut berniaga ke negeri Syam (Syria). Ketika mereka tiba dekat suatu tempat bernama Bushra (sebuah kampung diperbatasan tanah Arab dengan Syam), mereka bertemu dengan seorang pendeta Kristen yang tinggal di tempat itu bernama Bahiera. Antara lain pendeta itu bertanya kepada mereka tentang kedatangan seorang Nabi dari bangsa Arab yang dijumpainya didalam kitab-kitab sucinya. Mereka menerangkan bahwa Nabi yang tersebut belum lahir di tanah Arab sampai pada waktu itu.

Ketika ia memperhatikan tanda-tanda yang terdapat pada Nabi Muhammad, ia mengatakan kepada Abu Tahlib bahwa suatu keadaan yang luar biasa terdapat pada anak itu dan ia berharap supaya anak itu dipelihara baik-baik. Antara lain pendeta itu melihat Nabi Muhammad senantiasa dilindungi sekumpulan awan.

Dalam keterangan di atas, Bahiera menyatakan bahwa masih ada seorang Nabi yang akan datang di tanah Arab.

Ketika Nabi Muhammad s.a.w. telah berumur empat puluh tahun dan ia sedang berada digua Hirak, datang kepadanya seorang malaikat yang menyatakan bahwa ia adalah malaikat Jibrail dan Muhammad adalah Rasul Allah. Lalu kepada Nabi Muhammad s.a.w. disampaikannya wahyu Al-Quran yang mula-mula.

Sesudah kejadian itu, ia kembali ke rumahnya dengan gemetar dan ketakutan. Khadijah, isterinya, lalu membawanya kepada seorang laki-laki yang telah tua, anak saudara bapaknya yang bernama Waraqah anak Naufal yang beragama Kristen dan pandai menulis Injil dalam bahasa Ibrani. Warqah menerangkan bahwa yang datang kepada Muhammad s.a.w. itu adalah utusan Tuhan yang telah pernah datang kepada Nabi Musa dahulu dan ia adalah Nabi bagi umat ini.

Disini Waraqah sebagai seorang alim Kristen mengakui bahwa masih ada seorang Nabi yang diutus Tuhan pada masa itu.

Pada ketika Nabi Muhammad s.a.w. sedang tinggal di Mekkah, ia dan kaum muslimin pernah dibekot oleh orang-orang kafir penduduk Mekkah tiga tahun lamanya, sampai mereka memakan daun-daun kayu karena ketiadaan makanan. Selama pembekotan tersebut, Nabi Muhammad s.a.w. menyuruh sahabat-sahabatnya mengungsi ke negeri Ethiopia di Afrika untuk meringankan penderitaan mereka. Delapan puluh tiga orang laki-laki dan delapan belas orang perempuan telah berangkat dengan dikepalai oleh Jafar, anak Abu Tahlib. Disana mereka diterima dengan baik oleh Negus, raja Ethiopia.

Pada tahun yang ketujuh hijrah, Nabi Muhammad s.a.w. mengirim surat kepada Negus tersebut mengajaknya memeluk Islam. Di Ethiopia surat itu disampaikan oleh Jafar kepada Negus. Ketika surat itu diterimanya ia berkata: “Aku menjadi saksikepada Allah bahwa sesungguhnya dialah Nabi yang ditunggu-tunggu Ahli Kitab”. Lalu ia menulis jawaban surat Nabi itu, antara lain katanya: “Saya mengakui bahwa tuan utusan Allah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya saya telah berbaiat kepada tuan dan telah berbaiat kepada anak saudara bapak tuan (yaitu Jafar anak Abu Thalib). Dan saya telah memeluk agama Islam dihadapannya karena Allah Tuhan semesta alam”.

Negus ini sebelum memeluk agama Islam adalah seorang yang beragama Kristen. Dalam keterangannya diatas ia mengakui bahwa Nabi Muhammad s.a.w. adalah Nabi yang ditunggu-tunggu orang Yahudi dan Kristen.

Pada musim haji pada tahun kesebelas dari pada Nabi Muhammad s.a.w. menjadi Rasul banyak orang Arab datang berkunjung ke negeri Mekkah, diantaranya enam orang penduduk Medinah. Mereka itu acap kali mendengar orang-orang Yahudi yang tinggal disekeliling kota Medinah itu mengatakan, bahwa seorang Nabi akan datang pada masa itu.

Manakala mereka berjumpa dengan Nabi Muhammad s.a.w. dan mendengar pengajarannya, teringatlah mereka kepada ucapan orang-orang Yahudi yang selalu diucapkannya di Medinah. Mereka lalu berbicara sesamanya: “Sebenarnya inilah Nabi yang selalu disebut-sebut orang Yahudi itu. Maka janganlah mereka mendahului kamu mengikutnya”. Mereka lalu beriman dan kembali ke negeri Medinah menjadi penyiar Islam.

Pada tahun kedua belas datang dua belas orang lagi, semuanya beriman juga. Dan pada tahun ketiga belas datang pula tujuh puluh tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan, semuanya lalu masuk Islam. Dengan perantaraan penduduk Medinah yang masuk Islam itu agama Islam telah tersiar dengan seluas-luasnya sehingga meratai tiap-tiap rumah di negeri Medinah itu.

Diatas telah disebutkan bahwa orang-orang Yahudi di sekitar kota Medinah itu masih menunggu-nunggu kedatangan seorang Nabi pada masa itu. Dan perkataannya itu selalu disebut-sebut mereka sehingga orang-orang Arab penduduk Medinah itu mengetahuinya juga. Dan hal itu juga adalah satu diantara sebab yang mendorong mereka lekas-lekas memeluk agama Islam supaya jangan didahului oleh orang-orang Yahudi yang menjadi musuh mereka.

Pada tahun ketujuh hijrah Nabi s.a.w. mengirim surat kepada raja-raja yang ada pada waktu itu untuk mengajak mereka memeluk Islam. Antara lain Nabi Muhammad s.a.w. telah mengirim surat kepada Maqauqas pembesasr Kibti di Mesir. Pembesar tersebut telah membalas surat Nabi itu sebagai berikut:

“Kepada Muhammad anak Abdullah, dari Maqauqas, pembesar Kibti. Salam kepada tuan. Kemudian itu saja telah membaca surat tuan dan telah memahami apa yang tuan sebutkan didalamnya dan apa yang tuan ajak. Dan sebenarnya saya mengetahui bahwa seorang Nabi masih ada lagi. Saya menduganya bahwa ia keluar di Syam (Syria). Saya telah menghormati utusan tuan”.

Maqauqas ini seorang pembesar yang beragama Kristen. Walaupun ia tidak memeluk Islam, tetapi dalam suratnya itu ia mengakui bahwa masih ada seorang Nabi yang akan datang lagi.

Ketika Nabi Muhammad s.a.w. telah berhijrah ke Medinah, tidak berapa hari antaranya ia didatangi oleh seorang pendeta besar Yahudi, bernama Abdullah bin Salam. Setelah pendeta itu bertemu dengan Nabi, ia lalu menanyai Nabi beberapa hal. Jawaban nabi itu meyakinkan kepadanya bahwa Nabi adalah Rasul Allah. Sebab itu ia lalu masuk Islam. Katanya kepada Nabi: “Saya menyaksikan bahwa tuan adalah Rasul Allah dan tuan datang membawa kebenaran. Orang Yahudi mengetahui bahwa saya adalah penghulu orang Yahudi dan anak penghulu mereka. Dan saya seorang alim mereka dan anak dari seorang yang teralim diantara mereka. Harap tuan tanyakan kepada mereka siapa saja, sebelum mereka mengetahui bahwa saya telah Islam. Karena jika mereka nanti mengetahui saya telah Islam, akan bermacam-macam perkataan mereka mengenai saya.”

Nabi lalu memanggil orang-orang Yahudi. Mereka datang. Dan Abdullah bin Salam bersembunyi. Nabi meminta kepada mereka takut kepada Allah. Dan Nabi mengatakan dengan sumpah bahwa mereka mengetahui Muhammad s.a.w. adalah sebenarnya Rasul Allah kepada mereka yang membawa kebenaran. Lalu orang-orang Yahudi menjawab: “Kami tidak mengetahui hal ini”. Lalu Rasul bertanya: “Bagaimana kedudukan Abdullah bin Salam pada kamu?” Semua mereka menjawab: “Dia penghulu kami dan anak penghulu kami. Dia orang yang amat alim pada kami dan anak orang yang amat alim pada kami”. Maka kata Nabi: “Bagaimana jika ia telah Islam?” Jawab mereka: “Ia tidak akan mau masuk Islam. Tiga kali Nabi mengatakan, bagaimana jika ia telah masuk Islam. Mereka menjawab tiga kali juga mengatakan jauh sekalilah jika ia mau masuk Islam.

Nabi s.a.w. lalu menyuruh Abdullah bin Salam keluar dari tempat persembunyiannya. Iapun keluar lalu berpidato dihadapan orang-orang Yahudi itu mengajak mereka masuk Islam. Katanya: “Hai kaum Yahudi, takutlah kamu kepada Allah, Demi Allah, yang tidak ada Tuhan selain dari padaNya, dialah Rasul Allah yang kamu ketahui itu. Dia telah datang membawa kebenaran”.

Mendengar keterangan Abdullah bin Salam yang selama ini mereka hormati, mereka lalu berkata kepadanya: “Tuan telah berdusta: Nabi s.a.w. lalu menyuruh orang-orang Yahudi itu keluar.

Demikianlah riwayat Abdullah bin Salam, seorang alim Yahudi yang telah memeluk Islam. Ia telah menjadi saksi bahwa orang-orang Yahudi mengetahui Nabi Muhammad s.a.w. itu benar, tetapi mereka tidak hendak mengakuinya.

Dalam kisah Salman Farisi yang datang dari Persi (Iran) mencari Nabi Muhammad s.a.w. dan seterusnya memeluk agama Islam, telah dinyatakan bahwa seorang pemuka agama Kristen memesankan kepadanya agar pergi mencari Nabi itu. Antara lain kata pemuka Kristen itu: “Hai anakku, tidak ada lagi saya ketahui sekrang seorang manusia yang seperti kita ini diantara seluruh manusia untuk tempat saya menyuruh engkau mendatanginya. Akan tetapi, sekarang telah dekat masanya seorang Nabi akan dilahirkan dengan membawa agama Ibrahim yang keluar dari tanah Arab. Tempat berhijrahnya di suatu tempat antara dua lapangan tanah yang berbatu-batu dan diatnara keduanya itu pokok-pokok kurma. Dia mau memakan pemberian, tetapi tidak mau memakan zakat. Diantara dua bahunya terdapat cap kenabian. Jika engkau sanggup peri ke negeri itu, lakukanlah”.

Demikianlah keterangan pemuka agama Kristen itu menyatakan kepada Salman Farisi bahwa seorang Nabi akan datang lagi dari tanah Arab. Akhirnya Salman sampai juga ke tempat itu bertemu dengan Nabi Muhammad s.a.w. dan memeluk Islam.

Dari pada keterangan-keterangan sejarah yang tersebut diatas ini dapat diketahui bahwa orang-orang Yahudi dan Kristen di sekitar zaman kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. masih menunggu-nunggu kedatangan seorang Nabi.

4. Taurat dan Injil dalam Alkitab menubuatkan kedatangan Nabi Muhammad s.a.w.

Apabila Taurat dan Injil yang terhimpun dalam Alkitab yang ada kini diselidiki, maka pekabaran atau nubatan tentang kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. masih dijumpai didalamnya. Orang-orang Kristen telah menyesuaikan dan menafsirkan nubuatan-nubuatan tersebut kepada Yesus atau kepada yang lain-lain. Akan tetapi tafsiran-tafsiran itu menurut pengertian yang sebenarnya tidak tepat.

Seperti telah dikemukakan dalam Lampiran IV pasal IX tentang kitab Injil, banyak ayat-ayat yang dianggap sebagai nubuatan dalam kitab-kitab Perjanjian Lama telah disesuaikan oleh pengarang Injil kepada Yesus dan hal-hal yang berhubungan dengan dirinya, sedang yang sebenarnya penyesuaiannya itu terbukti salah. Demikian pula tentang nubuatan-nubuatan yang mengenai kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. telah ditafsirkan orang Kristen kekudusan yang lain-lain, sedang yang sebenarnya lebih tepat kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Dalam pasal ini sebagian nubuatan-nubuatan mengenai kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. itu akan dikemukakan dengan disertakan penjelasan-penjelasan dan disertakan lagi penolakan terhadap penafsiran-penafsiran yang tidak tepat. Seterusnya akan dikemukakan lagi beberapa nubuatan yang mengenai kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. menurut Injil Barnaba. Nubuatan-nubuatan itu dapat dibaca DISINI

2 Agustus 2012

SENJATA UMAT MUSLIM ISLAM YANG SUDAH TUMPUL

oleh alifbraja
Doa adalah senjata kaum muslimin, apa jadinya bila senjata itu tumpul dan tidak mempan. Bagaimana senjata itu sekarang begitu tumpul dirasakan bahkan seorang ulama pun yang memegangnya tidak terasa apa apa. Ada apa dibalik tidak terkabulnya doa Manusia sekarang ?. Anda akan heran bagaimana doa seseorang tidak dapat dikabulkan justru karena sesuatu hal yang sebenarnya menurut kita sepele. Apakah Itu?
 
 
Tepat, Makanan yang kita makan ternyata sangat mempengaruhi kekuatan sebuah doa.
 
Doa akan sangat mudah sekali dikabulkan ketika hati kita bersih, Dan hati berhubungan dengan darah, sedangkan darah erat kaitannya dengan sesuatu yang kita makan dan kita pikirkan. Darah juga lah yang akan menjadi saksi syahid tidaknya seseorang. Anda Ingat para syahid yang darahnya terus mengucur segar ketika sudah meninggal lama?. Menurut anda bagaimana keadaan darahnya saat itu.
Benar, saat dalam situasi genting termasuk dimedan perang adalah saat yang paling bagus untuk darah seseorang, saat itu semua organ tubuh memaksimalkan kerjanya, apalagi tubuh jauh sekali dari makanan, saat itu tubuh juga jauh sekali dari senda gurau, jauh dari omongan yang tidak ada gunanya. Saya sangat menyarankan, buat para mujahidin, berdoalah tanpa keraguan, anda sedang dekat sekali dengan pencipta. Buat selain mujahidin termasuk saya, mintalah doa mereka atau jadilah seorang mujahidin
 
Ketika selesai membaca ini anda bisa menilai dengan kondisi apa para trio bomber itu meninggal. Subhanallah, tubuh mereka lebih dari 40 hari sebelum eksekusi, jauh dari hal2 yang tidak berguna dan merusak. Selama itu mereka betul betul mencuci dan membersihkan darah. Adalah wajar jika doa mereka cuma satu “Syurga”. Adalah wajar jika darah mereka turut bersaksi. Dan adalah wajar untuk yang tidak mengerti rahasia ini mengatakan “mereka tidak syahid”
 
Perhatikan sabda Rosulullah berikut :
Sa’ad bin Abi Waqash pernah meminta dido’akan Nabi saw agar do’a-do’anya senantiasa dikabul. Maka Nabi bersabda, ”Hai Sa’ad, perbaiki makananmu, tentu do’amu akan dikabulkan. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya seorang hamba yang memasukkan makanan haram di dalam mulutnya tidak akan diterima amalnya selama 40 hari. Dan siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari barang haram, neraka lebih utama baginya!” (HR. Thabrani).
 
Akan percuma sekali jika kita sudah mengerti dan pandai tata cara, rukun, adab dan syarat serta waktu terkabulnya doa sedangkan kita melupakan hal yang justru sangat penting yang pernah diisyaratkan oleh Nabi Muhammad sekalipun anda seorang ahli ibadah, hal ini hanya akan menjadi senda gurau dan bahan olokan syetan.
 
”Sesungguhnya jika ada seseorang yang taat beribadah, setan akan berkata kepada kawan-kawannya, ’Lihatlah dari mana makanannya’. Jika makanannya berasal dari yang haram, maka setan berkata, ’Biarkan saaja dia berpayah-payah dan bersungguh-sungguh (beribadah), sungguh telah cukup bagi kalian dirinya itu. Sesungguhnya kesungguhan beribadahnya beserta makan barang haram tidak akan membawa manfaat”. (HR. Muslim)
 

 

 
Walhasil doa kita akan sangat mudah dikabulkan jika suasana darah kita bersih. Lalu bagaimana cara membersihkan darah.
 
Darah akan bersih saat tubuh kita tidak tersentu sesuatu yang haram selama 40 hari. Artinya kita tidak makan sesuatu dari yang haram. padahal jika kita makan sekali saja barang haram, amal kita tidak diterima selama 40 hari. Artinya doa kita tidak bakal berpengaruh.
 
Darah akan bersih saat kita dalam keadaan teraniaya dan disakiti. Perhatikan sabda Rasulullah saw:
Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan, Nabi SAW mengutus Mu’adz ke Yaman dan beliau berkata kepadanya: “Takutlah kamu akan doa seorang yang terzhalimi (teraniaya) karena doa tersebut tidak ada hijab (penghalang) di antara dia dengan Allah” (H.R. Bukhari dan Muslim).
 
Perhatikan poin diatas. Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk tidak berlaku zhalim (aniaya) kepada orang lain sekalipun orang itu bukan beragama islam
.
“Tiga do’a yang dikabulkan, yaitu do’a orang yang berpuasa, do’a orang yang bepergian, dan do’a orang yang teraniaya.” (HR. Uqaili, dari Abu Hurairah)
 
Rosulullah saw 1400 tahun yang lalu. Suatu saat Rasulullah saw bersabda kepada para sahabatnya,
“Akan datang suatu masa kepada manusia, yang didalamnya manusia tidak kuasa mencari penghidupan melainkan dengan cara maksiat, hingga seseorang berani berdusta dan bersumpah (palsu). Maka apabila masa itu telah datang, hendaklah kalian berlari.” Seorang sahabat bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, kemanakah kami harus berlari?” Rasulullah menjawab, “(Berlarilah) kepada Allah dan kepada kitab-Nya dan kepada sunnah Nabi-Nya”.