Posts tagged ‘Kyuhyun’

14 Januari 2013

nabi Khidir – Al Kahfi 65-82

oleh alifbraja

Kisah nabi Khidir – Al Kahfi 65-82

[65] Lalu mereka dapati seorang dari hamba-hamba Kami yang telah kami kurniakan kepadanya rahmat dari Kami dan Kami telah mengajarnya sejenis ilmu; dari sisi Kami. [66] Nabi Musa berkata kepadanya: Bolehkah aku mengikutmu, dengan syarat engkau mengajarku dari apa yang telah diajarkan oleh Allah kepadamu, ilmu yang menjadi petunjuk bagiku? [67] Dia menjawab: Sesungguhnya engkau (wahai Musa), tidak sekali-kali akan dapat bersabar bersamaku. [68] Dan bagaimana engkau akan sabar terhadap perkara yang engkau tidak mengetahuinya secara meliputi? [69] Nabi Musa berkata: Engkau akan dapati aku, Insya Allah: Orang yang sabar; dan aku tidak akan membantah sebarang perintahmu.[70] Dia menjawab: Sekiranya engkau mengikutku, maka janganlah engkau bertanya kepadaku akan sesuatupun sehingga aku ceritakan halnya kepadamu.

[71] Lalu berjalanlah keduanya sehingga apabila mereka naik ke sebuah perahu, dia membocorkannya. Nabi Musa berkata: Patutkah engkau membocorkannya sedang akibat perbuatan itu menenggelamkan penumpang-penumpangnya? Sesungguhnya engkau telah melakukan satu perkara yang besar.

[72] Dia menjawab: Bukankah aku telah katakan, bahawa engkau tidak sekali-kali akan dapat bersabar bersamaku?

[73] Nabi Musa berkata: Janganlah engkau marah akan daku disebabkan aku lupa (akan syaratmu) dan janganlah engkau memberati daku dengan sebarang kesukaran dalam urusanku (menuntut ilmu).

[74] Kemudian keduanya berjalan lagi sehingga apabila mereka bertemu dengan seorang pemuda lalu dia membunuhnya. Nabi Musa berkata Patutkah engkau membunuh satu jiwa yang bersih, yang tidak berdosa membunuh orang? Sesungguhnya engkau telah melakukan satu perbuatan yang mungkar!

75] Dia menjawab: Bukankah, aku telah katakan kepadamu, bahawa engkau tidak sekali-kali akan dapat bersabar bersamaku?

[76] Nabi Musa berkata: Jika aku bertanya kepadamu tentang sebarang perkara sesudah ini, maka janganlah engkau jadikan daku sahabatmu lagi; sesungguhnya engkau telah cukup mendapat alasan-alasan berbuat demikian disebabkan pertanyaan-pertanyaan dan bantahanku.

[77] Kemudian keduanya berjalan lagi, sehingga apabila mereka sampai kepada penduduk sebuah bandar, mereka meminta makan kepada orang-orang di situ, lalu orang-orang itu enggan menjamu mereka. Kemudian mereka dapati di situ sebuah tembok yang hendak runtuh, lalu dia membinanya. Nabi Musa berkata: Jika engkau mahu, tentulah engkau berhak mengambil upah mengenainya!

[78] Dia menjawab: Inilah masanya perpisahan antaraku denganmu, aku akan terangkan kepadamu maksud (kejadian-kejadian yang dimusykilkan) yang engkau tidak dapat bersabar mengenainya.

[79] Adapun perahu itu adalah ia dipunyai oleh orang-orang miskin yang bekerja di laut; oleh itu, aku bocorkan dengan tujuan hendak mencacatkannya, kerana di belakang mereka nanti ada seorang raja yang merampas tiap-tiap sebuah perahu yang tidak cacat.

[80] Adapun pemuda itu, kedua ibu bapanya adalah orang-orang yang beriman, maka kami bimbang bahawa dia akan mendesak mereka melakukan perbuatan yang zalim dan kufur.

[81] Oleh itu, kami ingin dan berharap, supaya Tuhan mereka gantikan bagi mereka anak yang lebih baik daripadanya tentang kebersihan jiwa dan lebih mesra kasih sayangnya.

[82] Adapun tembok itu pula, adalah ia dipunyai oleh dua orang anak yatim di bandar itu dan di bawahnya ada harta terpendam kepuyaan mereka dan bapa mereka pula adalah orang yang soleh. Maka Tuhanmu menghendaki supaya mereka cukup umur dan dapat mengeluarkan harta mereka yang terpendam itu, sebagai satu rahmat dari Tuhanmu (kepada mereka) dan (ingatlah) aku tidak melakukannya menurut fikiranku sendiri. Demikianlah penjelasan tentang maksud dan tujuan perkara-perkara yang engkau tidak dapat bersabar mengenainya.

23 Agustus 2012

Serat Kekiyasaning Pangracutan, karya Sultan Agung Hanyakrakusuma

oleh alifbraja

Serat Kekiyasaning Pangracutan adalah salah satu buah karya sastra Sultan Agung Raja Mataram (1613-1645) dan sumber penulisan Serat Wirid Hidayat Jati yang dikarang oleh R.Ng Ronggowarsito karena ada beberapa bab yang terdapat pada Serat Kekiyasaning Pangracutan terdapat pula pada Serat Wirid Hidayat Jati. Pada manuskrip huruf Jawa Serat Kekiyasaning Pangracutan tersebut telah ditulis kembali pada tahun shaka 1857 / 1935 masehi. Disyahkan oleh pujangga di Surakarta  R. Ng. Rongowarsito

SARASEHAN ILMU KESAMPURNAAN

Ini adalah keterangan Serat tentang Pangracutan yang telah disusun Baginda Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma Panatagama di Mataram atas perkenan Beliau membicarakan dan temu nalar dalam hal ilmu yang sangat rahasia, untuk mendapatkan kepastian dan kejelasan dengan harapan dengan para ahli ilmu kasampurnaan.

Adapun mereka yang diundang dalam temu nalar itu oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma Panatagama adalah:

I. Panembahan Purbaya

II. Panembahan Juminah

III. Panembahan Ratu Pekik di Surabaya

IV. Panembahan Juru Kithing

V. Pangeran Kadilangu

VI. Pangeran Kudus

VII. Pangeran Tembayat

VIII. Pangeran Kajuran

IX. Pangeran Wangga

X. Kyai Pengulu Ahmad Kategan

***

A. Berbagai kejadian pada jenasah

Adapun yang menjadi pembicaraan, Beliau menanyakan apa yang telah terjadi setelah manusia itu meninggal dunia, ternyata mengalami bermacam-macam kejadian pada jenazahnya.

a. Ada yang langsung membusuk

b. Ada jenasah yang masih utuh

c. Ada yang hilang bentuk jenasahnya? tidak berbentuk lagi

d. Ada yang meleleh menjadi cair

e. Ada yang menjadi mustika (permata)

f. Istimewanya ada yang menjadi hantu

g. Bahkan ada pula yang menjelma menjadi hewan

Masih banyak pula kejadian lainnya, bagaimana itu bisa terjadi, apa penyebabnya. Ini disebabkan adanya kelainan atau salah kejadian (tidak wajar), makanya pada waktu hidup berbuat dosa, setelah menjadi mayat pun akan mengalami sesuatu, masuk kedalam alam penasaran. Karena pada saat proses sakaratul maut hatinya menjadi ragu, takut, kurang kuat tekadnya, tidak dapat memusatkan pikiran hanya pada satu jalan yaitu menghadapi maut, seperti yang akan diutarakan dibawah ini:

a) Pada waktu masih hidup, siapapun yang senang, tenggelam dalam kekayaan, kemewahan, tidak mengenal tapa brata, setelah mencapai akhir hayatnya, maka jenasahnya akan menjadi busuk dan kemudian menjadi tanah liat, sukmanya melayang gentayangan, diumpamakan bagai rama-rama tanpa mata. Sebaliknya bila pada saat hidupnya gemar menyucikan diri lahir batin, hal itu sudah termasuk lampah, maka kejadiannya tidak demikian.

b) Pada waktu masih hidup bagi mereka yang kuat puasa tetapi tidak mengenal batas waktunya, bila telah tiba saat kematiannya, maka mayatnya akan teronggok menjadi batu dan membuat tanah pekuburannya menjadi sangar, adapun rohnya akan menjadi Danyang Semorobumi. Walaupun begitu, bila pada masa hidupnya mempunyai sifat nerima, sabar, artinya makan, tidur, tidak bermewah-mewah, cukup seadanya dengan perasaan tulus lahir batin kemungkinanya tidak akan seperti diatas kejadian di akhir hidupnya.

c) Pada masa hidupnya seseorang yang menjalani lampah tidak tidur, tetapi tanpa batas waktu tertentu, pada umumnya disaat kematian kelak jenasahnya akan keluar dan menjadi berbagai hantu yang menakutkan. Adapun sukmanya menitis pada hewan. Walaupun begitu bila pada masa hidupnya disertai sifat rela dan ada batas waktunya, yang demikian itu pada waktu meninggal tidak akan keliru jalannya.

d) Siapapun yang melantur dalam mencegah syahwat atau hubungan seks, tanpa mengenal waktu, pada saat kematian kelak jenasahnya akan lenyap melayang, masuk kedalam alamnya jin setan dan roh halus lainnya, sukmanya sering menjelma dan menjadi semacam benalu atau menempel pada orang, seperti genderuwo dan sebagainya yang masih senang menggangu wanita, kalau berada dipohon yang besar, kalau pohon dipotong maka benalu tadi akan ikut mati. Walaupun begitu, bila pada masa masih hidup disertakan sifat jujur, tidak berbuat mesum, tidak berzinah, bermain seks dengan wanita yang bukan haknya, semua itu bila tidak dilanggar tidak akan begitu kejadiannya.

e) Pada waktu masih hidup selalu sabar dan tawakal, dapat menahan hawa nafsu, berani dalam lampah dan menjalani mati didalam hidupnya, misal mengharapkan agar jangan berbudi rendah, rona muka manis, tutur kata sopan, sabar dan sederhana, semuanya itu jangan sampai berlebihan dan haruslah tahu tempatnya situasi dan kondisi, yang demikian itu maka keadaan jenasahnya akan mendapat kemulyaan sempurna dalam keadaan yang hakiki, kembali menyatu dengan Dzat Pangeran Yang Maha Agung, yang dapat menghukum, dapat menciptakan apa saja, ada bila menghendaki, datang menurut kemauannya.

Apalagi disertakan sifat welas asih, akan abadilah menyatu Kawula Gusti.

B. Berbagai jenis Kematian.

a) Mati Kisas adalah suatu jenis kematian karena hukuman mati. Akibat dari perbuatan orang itu karena membunuh, kemudian dijatuhi hukuman karena keputusan pengadilan atas wewenang raja.

b) Mati Kias adalah jenis kematian yang diakibatkan oleh suatu perbuatan, misalnya menahan nafas atau mati karena melahirkan.

c) Mati Syahid adalah jenis kematian karena gugur dalam perang, dibajak, dirampok dan disamun.

d) Mati Salih adalah suatu jenis kematian karena kelaparan, bunuh diri, karena mendapat aib atau sangat bersedih.

e) Mati Tiwas adalah suatu jenis kematian karena tenggelam, tersambar petir, tertimpa pohon, jatuh karena memanjat pohon, dan sebagainya.

f) Mati Apes adalah suatu jenis kematian karena ambah-ambahan, epidemi, santet, tenung dari orang lain, yang demikian itu benar-benar tidak dapat sampai pada “Kematian yang Sempurna” atau keadaan Jati bahkan dekat sekali dengan alam penasaran.

Berkatalah Beliau: “Sebab-sebab kematian tadi yang mengakibatkan kejadiannya lalu apakah tidak ada perbedaannya antara yang berilmu dengan yang bodoh? Andaikan yang menerima akibat dari kematian seornag pakarnya ilmu mistik, mengapa tidak dapat mencabut seketika itu juga?”

Dijawab oleh yang menghadap: “Yang begitu itu mungkin disebabkan karena terkejut menghadapi hal-hal yang tiba-tiba. Maka tidak teringat lagi dengan ilmu yang diyakininya dalam batin yang dirasakan hanyalah penderitaan dan rasa sakit saja. Andaikan dia mengingat keyakinan ilmunya mungkin akan kacau didalam melaksanakannya tetapi kalau selalu ingat petunjuk-petunjuk dari gurunya maka kemungkinan besar dapat mencabut seketika itu juga”.

Setelah mendengar jawaban itu beliau merasa masih kurang puas menurut pendaat beliau bahwa sebelum seseorang terkena bencana apakah tidak ada suatu firasat dalam batin dan pikiran, kok tidak terasa kalau hanya begitu saja beliau kurang sependapat oleh karenanya Beliau mengharapkan untuk dimusyawarahkan sampai tuntas dan mendapatkan suatu pendapat yang lebih masuk akal.

Kyai Ahmad Katengan menghaturkan sembah: “Sabda paduka adalah benar, karena sebenarnya semua itu masih belum tentu , hanyalah Kangjeng Susuhunan Kalijogo sendiri yang dapat melaksanakan ngracut”.

Sebab-sebab inilah yang membuat dan mengakibatkan kejadian, seandainya dapat meracut seketika dalam keadaan terkejut atau tiba-tiba, teringat dengan apa yang diyakininya akan ilmunya maka akan dapat meracut seketika.

C. Wedaran Angracut Jasad.

Pangracutan Jasad yang dipergunakan oleh Susuhunan Kalijogo dan Syekh Siti Jenar adalah sama, karena hanya mereka yang dapat meracut seketika dan tiba-tiba, seperti dibawah ini ;

“Badaningsun jasmani wus suci, ingsun gawa marang kaanan (kahanan) jati tanpa jalaran pati, bisa mulya sampurna waluya urip salawase, ana ing ‘alam donya ingsun urip tumekane ‘alam kaanan (kahanan) jati ingsun urip, saka kodrat iradatingsun, dadi sakciptaningsun, ana sasedyaningsun, teka sakarsaningsun.”

“Badan jasmaniku telah suci, kubawa dalam keadaan nyata (hidup yang sesungguhnya), tidak diakibatkan kematian, dapat mulai sempurna hidup abadi selamanya, di dunia aku hidup, sampai dialam nyata (hidup yang sesungguhnya, akherat=Akhiring  Rat) aku juga hidup, dari kodrat iradatku, terjadi apa yang kuciptakan,  apa yang kuinginkan ada  dan datang apa yang kukehendaki”.

D. Wedaran Menghacurkan Jasad.

Adapun pesan beliau Kangjeng Susuhunan di Kalijogo sebagai berikut: “Siapapun yang menginginkan dapat menghancurkan tubuh seketika atau terjadinya mukjijat seperti para Nabi, mendatangkan keramat seperti para Wali, mendatangkan ma’unah seperti para Mukmin Khas, dengan cara menjalani tapa brata seperti pesan dari Kangjeng Susuhunan di Ampel Denta”.

a. Menahan hawa nafsu, selama seribu hari siang dan malam sekalian

b. Menahan Syahwat (Seks), selama seratus hari siang dan malam

c. Tidak berbicara, artinya membisu dalam empatpuluh hari siang dan malam

d. Puasa padam api (pati geni) tujuh hari tujuh malam

e. Jaga, lamanya tiga hari tiga malam

f. Mati raga, tidak bergerak-gerak lamanya sehari semalam

Adapun pembagian waktunya dalam lampah seribu hari seribu malam itu begini caranya:

a. Menahan hawa nafsu, bila telah mendapat 900 hari, lalu diteruskan dengan

b. Menahan syahwat selama 40 hari lalu dirangkap juga dengan

c. Membisu tanpa berpuasa selama 40 hari. Adapun membisu bila sampai pada 33 hari dilanjutkan dengan,

d. Pati geni selama 7 hari tujuh malam, setelah mendapat 4 hari 4 malam dilanjutkan dengan

e. Jaga selama 3 hari tiga malam, bila sudah mendapatkan 2 hari 2 malam dilanutkan dengan

f. Pati raga sehari semalam.

Adapun caranya untuk Pati raga adalah Tangan bersidakep kaki membujur lurus dan menutup 9 lubang di tubuh, tidak bergerak-gerak, menahan berdehem, batuk, tidak meludah, tidak berak, tidak kencing selama sehari semalam. Yang bergerak hanya kedipan mata, tarikan nafas, anafas, tanafas, nufus, artinya tinggal keluar masuknya nafas yang tenang jangan sampai tersengal sengal campur baur.

Dengan ini dapat melimpahkan rasa syukur kepada anak cucu yang akan ditinggal dan bahwa pemberian ampunan tu hanya pada waktu saat-saat memasuki alam Sakaratulmaut tadi. Baginda Sultan Agung bertanya: “Apakah manfaatnya Pati Raga itu?”

Kyai Penghulu Ahmad Kategan menjawab: “Adapun perlunya pati raga itu, sebagai sarana melatih kenyataan, supaya dapat mengetahui pisah dan kumpulnya Kawula Gusti, bagi para pakar ilmu kebatinan pada jaman kuno dulu dinamakan dapat Meraga Sukma, artinya berbadan sukma, oleh karenanya dapat mendekatkan yang jauh, apa yang dicipta jadi, mengadakan apapun yang dikehendaki, mendatangkan sekehendaknya, semuanya itu dapat dijadikan suatu sarana pada awal akhir. Bila dipergunakan ketika masih hidup di dunia ada manfaatnya, begitu juga dipergunakan kelak bila telah sampai pada sakaratul maut.

Urutan dalam Kematian dan Apa yang harus Dilakukan

Walaupun hanya panuwunan, yang dilewati juga alam kematian, kalau sampai lengah juga berakhir mati atau mati benar-benar. Adapun tata caranya begini:

Sedakep dengan kaki lurus berdempet, menutup kesemua lubang, jari-jari kedua belah tangan saling bersilang, ibu jari bertemu keduanya, lalu ditumpangkan di dada. Dalam sikap tidur itu kedua belah kaki diluruskan, ibu jari kaki saling bertemu, kontol ditarik keatas dan zakarnya sekalian, jangan sampai terhimpit paha. Pandangan memandang lurus dari ujung hidung lurus ke dada hingga tampak lurus melalui pusar hingga memandang ujung jari. Setelah semuanya dapat terlihat lurus maka memulai menarik nafas tadi. Dari kiri tariklah kekanan dan dari arah kanan tariklah kekiri. Kumpulnya menjadi satu berada di pusar beberapa saat lamanya, maka tariklah keatas pelan-pelan jangan tergesa-gesa. Kumpulkan nafas, tanafas, anafas, nufus diciptakan menjadi perkara gaib. Lalu memejamkan mata dengan perlahan-lahan, mengatubkan bibir dengan rapat, gigi dengan gigi bertemu. Pada saat itulah mengheningkan cipta, menyerah dengan segenap perasaan yang telah menyatu, pasrah kepada Pangeran kita pribadi. Setelah itu, lalu memantrapkan adanya Dzat, seperti dibawah ini:

Anjumenengkan Dzat :

“Ingsun Dzating Gusti Kang Asifat Esa, anglimputi ing kawulaningsun, tunggal dadi sakahanan, sampurna saka ing kudratingsun”.

“Aku mengumpulkan Kawula Gusti yang bersifat Esa, meliputi dalam kawulaku, satu dalam satu keadaan dari kodrat-Ku”.

Mensucikan Dzat:

“Ingsun Dzat Kang Amaha Suci Kang Sifat Langgeng, kang amurba amisesa kang kawasa, kang sampurna nilmala waluya ing jatiningsun kalawan kudratingsun.”

“Aku sebenarnya Dzat Yang Maha Suci, bersifat kekal, menguasai segala sesuatu, sempurna tanpa cacat, kembali pada hakekat-Ku, karena kodrat-Ku.”

Mengatur Istana :

“Ingsun Dzat Kang Maha Luhur Kang Jumeneng Ratu Agung, kang amurba amisesa kang kawasa, andadekake ing karatoningsun kanga gung kang amaha mulya. Ingsun wengku sampurna sakapraboningsun, sangkep, saisen-isening karatoningsun, pepak sabalaningsun, kabeh ora ana kang kekurangan, byar gumelar dadi saciptaningsun kabeh saka ing kudratingsun.”

“Aku Dzat yang Maha Luhur, yang menjadi Raja Agung. Yang menguasai segala sesuatu, yang kuasa menjadikan istana-Ku, yang Agung Maha Mulia, Ku Kuasai dengan sempurna dari kebesaran-Ku, lengkap dengan segala isinya Keraton-Ku, lengkap dengan bala tentara-Ku, tidak ada kekurangan, terbentang jadilah semua ciptaanKu, ada segala yang Ku-inginkan, karena kodrat-Ku.”

Meracut Jisim :

“Jisimingsun kang kari ana ing alam dunya, yen wis ana jaman karamat kang amaha mulya, wulu kulit daging getih balung sungsum sapanunggalane kabeh, asale saka ing cahya muliha maring cahya, sampurna bali Ingsun maneh, saka ing kodratingsun.”

“Aku meracut jisim-Ku yang masih tertinggal di alam dunia, bila telah tiba di zaman keramatullah yang Maha Mulia, bulu, kulit, kuku, darah, daging, tulang, sungsum keseluruhannya, yang berasal dari cahaya, yang berasal dari bumi, api, angin, bayu kalau sudah kembali kepada anasir-Ku sendiri-sendiri, lalu aku racut menjadi satu dengan sempurna kembali kepada-Ku, karena kodrat-Ku.”

Menarik Anak :

“Aku menarik anak-Ku yang sudah pulang kerahmatullah, kaki, nini, ayah, ibu, anak dan isteri, semua darah-Ku yang memang salah tempatnya, semuanya Aku tarik menjadi satu dengan keadaan-Ku, mulia sempurna karena kodrat-Ku.”

Mengukut keadaan Dunia:

“Aku mengukut keadaan dunia, Aku jadikan satu dengan keadaanKu, karena kodrat-Ku.”

Mendo’akan Keturunan:

“Keturunanku yang masih tertinggal di alam dunia, semuanya semoga mendapatkan kebahagiaan, kaya dan terhormat, jangan sampai ada yang kekurangan, dari kodrat-Ku.”

Mengamalkan Aji Pengasihan:

“Aku mengamalkan Aji pengasih, kepada semua mahkluk-Ku, besar, kecil, tua, muda, laki-laki, perempuan, yang mendengar dan melihat semoga welas asih padaKu, karena kodrat-Ku.”

Menerapkan Daya Kesaktian:

“Aku menerapkan Daya Kesaktian, kepada semua mahkluk-Ku, barang siapa yang tidak mengindahkan Aku, akan terkena akibat dari kesaktian-Ku, karena kodrat-Ku.”

Setelah begitu, maras menutup di hati, menimbulkan rasa sesak nafas, oleh karenanya harus selalu ingat dan sentosa, jangan sampai kacau balau pernapasannya, tanafas, anpas, nuppus tadi, karena nafas itu ikatan jisim, berada di hati suweddha, artinya menjembatani fikiran yang suci, keadaanya jadilah angin yang keluar saja. Tannapas itu talinya hati siri, letaknya di pusar, keadaannya menjadi hawa yang berada dalam tubuh saja. Anpas itu adalah talinya Roh, berada di dalam jantung, keadaannya hanyalah menjadi angin di dalam saja. Nupus itu tali Rahsa, artinya berkaitan dengan Atma, berada di dalam hati pusat yang putih, berada di pembuluh jantung, keadaannya menjadi angin yang kekiri kekanan, dari ulah perbuatannya itu dapat meliputi segenap organ tubuh dan rokhani.

Bila sudah begitu roh larut lalu terasalah kram seluruh organ tubuh, mengakibatkan mata menjadi kabur, telinga menjadi lemas, hidungpun lemah lubang hidung menciut, lidah mengerut, akhirnya cahaya suram, suara hilang, yang tinggal hanyalah hidupnya fikir saja, karena sudah dikumpulkan urutan syare’at, hakekat, tarekat, dan makrifat.

  1. Syare’at itu lampahnya badan, berada di mulut
  2. Hakekat itu lampahnya nyawa, berada di telinga
  3. Tarekat itu lampahnya hari, berda di hidung
  4. Makrifat itu lampahnya rahsa, berada di mata

Adapun yang ditarik terlebih dahulu adalah penglihatannya mata, diumpamakan kaburnya kaca Wirangi, atau asalnya air Zam-zam Lalu rasanya mulut, diumpamakan rusaknya jembatan Siratalmustakim, atau Ka’batullah.

Lalu penciumannya hidung, yang diumpamakan gugurnya gunung Tursina atau robohnya gunung Ikrap Lalu pendengarannya telinga, diumpamakan hancurnya sajaratulmuntaha, atau melorotnya Hajaratu’l Aswad. Kemudian tinggallah merasakan nikmat pada seluruh bagian tubuh, melebihi kenikmatan ketika sedang bersenggama pada saat sedang mengeluarkan rahsa, pada saat itulah batinlah suatu tekad yang kuat, seperti diibaratkan huruf Alif yang berjabar (berfathah), diejer (kasroh ), da diepes ( berdlomah ) bunyinya menjadi: A. I. U

  1. A artinya : Aku
  2. I artinya : Ini
  3. U artinya : Hidup ( urip )

Setelah itu menciptakan kerinduan kepada Dzat, bagaikan merindukan kepada Dyah Ayu, supaya jangan sampai ingat kepada anak cucu yang ditinggalkan. Karena akan keliru ciptanya yang akhirnya mengakibatkan melesetnya dari tujuan yang sebenarnya. Semua itu tinggal menimbang pertimbangannya ciptanya pribadi, didalam tiga pangkat :

a. Yang pertama, bila benar-benar sentausa, akan mendapatkan anugerah dari Pangeran, dapat hidup diawal akhir, langgeng tidak mengalami perubahan.

b. Yang kedua, berhubung dicapai waluya sejati, padahal tidak mengalami menderita sakit, atau tidak mempuyai dosa, maka dapat melakukan berbadan sukma.

c. Yang ketiga, bila didalam ciptanya masih ada rasa ragu-ragu, bimbang, pada akhirnya hayatnya pasti akan menemukan tiwas ke tempat yang salah.

Perbedaan Waktu di Akhirat dan di alam Dunia.

Di dunia sehari, diakhirat sebualan, di dunia sebulan di akhirat satu tahun, sedangkan di Dunia satu tahun di Akhirat Sewindu, saksinya seperti orang waktu mimpi.

Alam setelah Kematian

a. Kepala, adalah keadaan Baitulmakmur.

b. Otak, keadaannya Kanto, menyebabkan adanya Cahaya, menjadi terbuka wajahnya.

c. Manik, keadaannya Pramana, menyebabkan adanya Warna, menjadi terbukanya penglihatan.

d. Budi, keadaannya Pranawa, menyebabkan adanya Karsa, menjadi terbukanya bicara.

e. Nafsu, keadaanya Hawa, menyebabkan adanya Suara, menjadi terbukanya pendengaran.

f. Sukma, keadaannya Nyawa, menyebabkan adanya Cipta, menjadi terbukanya penciuman.

g. Rahsa, keadaannya Atma, menyebabkan adanya Wisesa, menjadi terbukanya perasa.

Inilah yang menjadi 3 larangan perbuatan yang menyimpan 3 keadaan; (1) jangan mengumpat, jangan mengucapkan kata-kata cabul dan terhanyut pada pemikiran yang tidak baik. (2) Jangan menimbulkan Budi yang bukan-bukan. (3) Jangan melakukan perzinahan dengan bukan haknya atau akan menimbulkan gangguan dalam kehidupannya membuat gelap alam sampai akhir hayatnya.

Karena keadaan Akherat yang akan dilalui 7 perkara, maka jangan dianggap remeh :

“ Sesungguhnya Aku Dzat ysang Maha Pencipta dan Maha Kuasa, yang Berkuasa menciptakan segala sesuatu, terjadi dalam seketika, sempurna karena kodratKu, disitu sudah terbukti atas perbuatanKu, sebagai kenyataan kehendakKu, terlebih dahulu Ku- ciptakan Hayyu bernama Sajaratul Yakin yang tumbuh dalam alam Adam-makdum yang azali abadi. Setelah itu cahaya bernama Nur Muhammad, lalu kaca bernama Mir’atul haya’i, kemudian nyawa bernama roh idlafi, lalu lampu kandi, lalu permata bernama Darrah, akhirnya dinding-jalal bernama Hijab, itulah yang menjadi penutup keberadaanKu”.

Penjelasannya satu-persatu begini :

1. Sajaratul Yakin, yang tumbuh dalam alam Adam-makdum yang azali abadi, artinya pohon kehidupan yang berada dalam jagad yang sunyi senyap segalanya, dan belum ada sesuatu apapun. Merupakan hakekat Dzat mutlak yang kadim. Artinya; hakekat Dzat yang lebih dulu, yaitu Dzat Atma, yang menjadi wahana alam Ahadiyat.

2. Nur Muhammad, artinya cahaya yang terpuji. Diceritakan dalam hadits seperti burung Merak, berada dalam permata putih, berada pada arah sajaratul yakin, itulah hakekatnya cahaya, yang diakui sebagai tajalinya Dzat di dalam nukat gaib, sebagai sifatnya Atma, menyebabkan adanya alam Wahdat

3. Mir’atul haya’I, artinya kaca wirangi, tersebut dalam hadits berada di depan Nur Muhammad, itulah hakekatnya pramana, diakui sebagai rahsa Dzat, sebagai nama Atma, menyebabkan adanya alam Wahadiyat.

4. Roh Idlafi, artinya nyawa yang jernih, berasal dari Nur Muhammad, itulah hakekat Sukma yang diakui sebagai keadaan Dzat sebagai tabirnya Atma, menyebabkan adanya alam Arwah.

5. Kandil, artinya lampu tanpa api, berupa permata yang berkilauan tergantung tanpa pengait disitulah keadaan nur muhammaddan tempat berkumpulnya darah seluruhnya adalah hakekat angan-angan yang diakui sebagai bayangan Dzat, sebagai ikatannya Atma, menyebabkan adanya alam Mitsal.

6. Darah, artinya permata, mempunyai sinar lima warna, satu tempat dengan malaikat adalah hakekat Budi, diakui sebagai hiasannya Dzat, sebagai pintunya Atma, menyebabkan adanya alam Ajsam.

7. Kijab, disebut dinding jalal, artinya tabir yang agung, keluar dari permata yang lima warna pada waktu bergerak menimbulkan buih, asap, air, itulah hakekat Jasad, yang diakui sebagai Wahana Dzat, sebagai tempat Atma, menyebabkan adanya alam Insan Kamil. Inilah Jumenengnya Maghligainya Dzat, ditata dalam Baiutllah menjadi 3 keadaan yang disebut dengan; Wedaran Triloka, Wejangan Tribawana, Isinya 3 Dunia.

H. Wedaran Tribawana.

a) Ayat pertama, dinamakan terbukanya tata mahgligai Baitumakmur, sebagai berikut;  “Sebenarnya Aku mengatur singgasana didalam Baitulmakmur, disitulah tempat kesenangan-Ku, berada didalam kepala Adam, yang di dalam kepala itu yaitu dimak yaitu otak, yang berada dalam dimak itu manik, di dalam manik itu pramana, adalah pranawa, di dalam pranawa itu sukma, didalam sukma ada rahsa, didalam rahsa itu ada Aku, tidak ada Pangeran hanya Aku Dzat yang meliputi di semua keadaan”.

b) Ayat kedua, dinamakan terbukanya susunan singgasana dalam Baitulmuharram, sebagai berikut;  ” Sebenarnya Aku menata singgasana dalam Baitulmukharram, itulah tempat larangan-laranganKu, yang berada didada Adam. Yang berada di dada Adam itu hati, yang berada diantara hati itu jantung, di dalam jantung itu budi, didalam budi itu jinem, di dalam jinem itu sukma, di dalam sukma itu rahsa, dan di dalam rahsa itu Aku, tidak ada Tuhan kecuali Aku, Dzat yang meliputi keadaan”.

c) Ayat ketiga, dinamakan terbukanya susunan singgasana dalam Baitulmuqadas, sebagai berikut;  “Sebenarnya Aku menata singgasana dalam Bitulmuqadas, rumah tempat yang Aku sucikan, berada di dalam kontolnya Adam, yang berada dalam kontol itu pelir, yang berada dalam pelir itu mutfah yakni mani, yang berada dalam mutfah adalah madi, dalam madi itu manikem, dalam manikem itu rahsa, dalam rahsa itu Aku, tidak ada Tuhan kecuali Aku, Dzat yang meliputi semua keadaan”.

I. Surga dan Neraka.

Surga atau sarwa arga, semua yang diperbuat selalu kebaikan semua orang memujinya, sampai akhir hidup selalu dibicarakan orang dan kematiannya akan disesali, disayangkan dan orang akan selalu membicarakan tentang kebaikan-kebaikannya.

Neraka adalah perwujudan dari watak seseorang yang berkelakuan jelek maka hidunya akan cacad di dunia bahkan sampai akhir hidupnya.

Maka dalam kitab Hidayatul hak kaik menyebutkan bahwa di zaman Kelanggengan suatu sarana agar dapat naik ke surga haruslah naik Buraq atau burung merak. Demikian tadi hanyalah merupakan perumpamaan saja. Buraq artinya orang dapat masuk hati orang lain, membuat hati orang lain senang itulah merak ati.

J. Tempatnya Iman, Tauhid dan Ma’rifat.

“Adapun letak Iman di dalam Eneng, letak Tauhid dalam Ening, letak ma’rifat dalam enget”

K. Arti Jalal, Jamal, Kahar dan Kamal.

Adalah sebutah Tuhan dalam 4 bab, yaitu :

1. Tuhan Yang Maha Suci itu bersfat Jalal, artinya Besar, yang besar itu Dzat-Nya, karena dapat meliputi seluruh alam.

2. Tuhan Yang Maha Suci itu bersifat jamal, artinya bagus, yang bagus itu sifatNya, bukan pria, bukan wanita, juga bukan banci. Tidak ada asal, tidak ada tempat, juga tidak hidup dan tidak mati, mustahil tidak ada pasti adanya-Nya.

3.  Tuhan Yang Maha Suci bersifat Kahar, artinya Maha Kuasa, itu namaNya, tidak menggunakan nama siapa-siapa hanya gaibnya Dzat Allah.

4.  Tuhan Yang Maha Suci itu bersifat Kamal, artinya Sempurna, yang sempurna itu af’alNya, dapat menggelar dan menciptakan seketika dari kuasanya tanpa mengalami kesulitan, maka diibaratkan Dzat Allah itu karena besarnya hingga meliputi yang menyaksikannya.

L. Pria dan Wanita Yang Sejati.

Yang bernama roh idlafi itu adalah roh Wanita tetapi berada pada Pria.

Wanita itu Rohnya adalah Roh Kudus yang sebenarnya adalah roh pria yang berada dalam wanita, yang disucikan dalam jinem, bertempat dalam junup, maka dapat membangkitkan keinginan sendiri-sendiri,

Karena rohnya wanita dipakai pria, sebaliknya rohnya pria dipakai wanita, karena rasa kangen akan menarik rohnya masing-masing, tetapi akhirnya timbullah persenggamaan yang dinamakan lambangsari yang akibatnya dapat mewujudkan suatu wujud. Maka dinamakan sanggama artinya hanya satu yang benar, atau saresmi artinya bercampurnya ari menjadi satu hingga masing-masing mendapatkan kepuasan. Karena dikabulkan oleh Tuhan akan menjadi Bapak/Ibu, maka bagi mereka yang dapat menandai terjadinya suatu sebelum sanggama, dapat pula mengetahui macam apakah anak yang akan terlahir nanti.

Misal, dalam 35 hari sepasang suami istri tadi yang mempunyai keinginan seks terlebih dahulu siapa, ada rasa kangen terlebih dahulu, bila menjelma biji maka akan terlahir laki- laki apabila sang suami yang terlebih dahulu. Tetapi keadaan ini harus berimbang dalam batin sama merasakan puas karena kalau tidak menyatu dalam rasa dan fikiran maka akan lain jadinya, adapun cacad, wujud lainnya.

Cacad karena ketidakseimbangan kemauan suami istri dalam senggama adalah sebagai berikut :

1) Bila merasa kecewa dalam hati, tidak senang dalam bersenggama, dikemudian hari akan timbul watak pada si anak;  sering kecewa, bahkan dapat pula mendatangkan selalu susah seumur hidupnya.

2) Bila punya perasaan tidak senang atau marah tetapi hanya di batin saja, akan terlahir anak yang pemarah, senang berkelahi, bahkan dalam hidupnya akan mengalami kerugian.

3) Bila dalam bersenggama ada salah satu yang kurang jujur maka begitu lahir apabila suami yang tidak jujur maka anak perempuan senang berbohong atau tidak jujur dan sebaliknya.

Adapun suami istri harus saling mengisi, menghormati, membutuhkan, istri tidak boleh memperlihatkan nafsunya dan suami memperhatikan gelagat istrinya, sekiranya sehari itu tidak terjadi apa-apa tidak pula ada perasaan susah dari keduanya, suatu tanda bahwa pada saat itulah Tuhan akan menurunkan Wiji Wijanging Sasami, artinya adalah manusia pilihan, Trimurti.

M. Mengenai Keadaan Kematian.

Keadaan kematian bagi mereka yang sering berbuat dosa atau kesalahan dengan yang diterima atau tanpa dosa dalam kematian. Membagi-bagi keadaannya dalam alam kematian;

Setiap orang pasti akan berbeda dalam menghadapi kematian, karena salah dalam fikirnya ketika mengalami sakaratul maut, hidup ini berbeda-beda ciptanya ada yang membantah dan menantang adanya kematian dengan mengandalkan ilmunya, adapula yang malah menyingkirkan ilmunya hanya menyerah kepada Tuhan. Orang yang bodoh dapat diterima juga ada karena hanya mengandalkan pada sifat lugu dan jujur saja, ada juga bodoh yang terjerumus, bahkan banyak juga orang bodoh malah memberi contoh karena enggang disebiut bodoh,  Maka dalam kematian ada sebutannya;

1. Dinamakan Kasunyataning pati, hanyalah menetapi sebutan saja, hidup pasti mengalami mati, artinya hanyalah nama tempatnya ‘ajal ulihan’ atau mati kembali.

2. Dinamakan Padhanging pati, artinya mengetahui tanda-tandanya dari Dzat Tuhan, maka dapat sampai pada kenyataannya, jadi dapat mengatur keadaannya.

3. Pepetenging pati, artinya hilang tanpa mengetahui berakhirnya hidup berarti tidak mengetahui keadaannya sendiri.

4. Pagaweaning pati, artinya hanya mati biasa, jadi tidak mengetahui dalam keadaan gerak dan keadaannya Kawula Gusti.

5. Rowanging pati, artinya kematian yang hanya menerima Kasih sayangNya, jadi hanya menerima nikmatnya Dzatullah saja.

6. Rasaning pati, adalah mereka yang sudah percaya dengan keterangan dari sang guru, tempatnya sudahlah pasti.

7. Purbaning pati, yang sudah diaku sebagai rahsanya Dzat, berada dalam hidayatullahu, tetap langgeng tidak ada perubahan di kemudian.

8. Pastining pati, artinya bagi mereka yang sudah memenuhi suratan dalam lokhil makful, jadi sudah sesuai garis patinya.

9. Jalaraning pati, artinya yang lugu karena kehendak Tuhan, jadi dapat menyatu dengan Dzatullah dialam akhirat.

10. Anganggo sihing pati, artinya yang dirasakannya hanyalah pada musnahnya badan, hanya Dzatullah yang mengadakankarena tidak berdosa.

11. Marganing pati, artinya yang sudah mengetahui jalannya, maka dapat langsung masuk ke dalam hidayatullah yang akan menemui kelanggengan di akhirat.

12. Pilungguhing pati, artinya menjalani petunjuk Allah, akan mencapai keselamatan di akhirat dan mencapai kesempurnaan.

13. Pinangihing pati, artinya bertawakal, berpasarah diri kepada Tuhan, dapat dekat dan masuk ke dalam hidayatullah karena yang begini tidak berharap, hanya mengutamakan jalannya takdir.

14. Enggoning pati, artinya menunjukkan perbuatan Dzat yang sempurna, sempurnanya sifat langgeng, hanya terdapat pada kebenaran ilmu, ini sempurna menjadi pesertanya nafi Jinis.

15. Sesandhaning pati, artinya adalah yang sudah melaksanakansemua petunjuk guru, menjalanka laku jujur dalam hidup, dan dalam kematian sudah tidak punya rasa takut, bahkan sudah dapat membedakan buruk dan baik, juga mengetahui awal dan akhir Sebanyak ini keadaan kematian diakibatkan terjadinya karena adanya dosa, dari cara kita memusatkan fikiran walaupun sudah diberi petunjuk, namun pada saatnya akan banyak gangguannya, yang sebenarnya hanyalah terletak pada Dzat saja.

Padahal yang dinamakan ilmu itu adalah pengetahuan, yang maksudnya ketahuilah dalam kehidupan hingga kematian. Awal penyebab kematian, karena kurang teliti dalam suatu perbuatan dan meneliti suatu kejadian. Datangnya susah disebabkan adanya kegembiraan, asalnya lupa karena tidak mengetahui tujuan hidupnya, padahal manusia sebenarnya dapat langgeng tanpa mengalami perubahan, hanya selamat tanpa menderita, hidup terus tanpa mati, dengan suatu bukti bahwa manusia itu dengan umat lainnya berbeda sendiri, maka dinamakan manusia, itu artinya insan (unusan) atau pilihan.

Saksinya kalau khalifah yang diakui sebagai Rahsanya Dzat Allah artinya hanya satu belaka. Tuhan itu dalam sifat hidupNya adalah manusia, suatu bukti kalau Manunggaling Kawula Gusti, yang dapat menguasai memerintah dan menghukum di dalam alam raya seluruhnya. Oleh karenanya menjadi suatu kenyataan bahwa Tuhan tidak dapat melihat, tetapi tidak buta, tetapi melihat dari mata kita, Tuhan tidak mendengar tetapi tidak tuli, karena mendengar lewat telinga kita. Tuhan tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi tidak bodoh, segala yang diperbuatnya menggunakan af’al kita. Maka dapat menciptakan seluruh dunia seisinya dalam waktu seketika.

N. Manusia terdiri dari 4 anasir.

Dalam kitab Ma’lumatu’lhuhiyah dan kitab Hidayatul Khakaik menjelaskan bahwa manusia berasal dari 4 unsur :

1. Berasal dari sarinya Tanah, tetapi bukan tanah yang kita pijak ini.

2. Berasal ari Api, tetapi bukan api yang dipergunakan untuk membakar.

3. Berasal dari Angin, tetapi bukan angin yang mendesau itu.

4. Berasal dari Air, tetapi bukan air yang meluap mengalir.

Semua ini merupakan lambang saja, maka setelah mempunyai perwujudan, lalu mempunyai tujuh perkara :

1. Hayyu, artinya hidup.

2. Masuklah Nur, artinya Cahaya.

3. Kemasukan sir artinya Cipta.

4. Kemasukan pula roh, artinya Nyawa.

5. Kemasukan nafsu, artinya Angkara Murka

6. Kemasukan akal, artinya Budhi.

7. Kemasukan kehendak, artinya Angen-angen.

Itulah wujud yang Dzat Yang Maha Agung, sebenarnya nafi yang baik, maka diibaratkan bahwa nafi walaupun dekat tetapi tidak bersinggungan, jauh tak terduga jauhnya, dan nafi itu pasti ada tidak mungkin tidak ada. Adanya hanya karena terlihat saja. Jadi kumpulnya Kawula Gusti merupakan dua jadi satu dan satu satu belaka.

O. Berbagai macam Wahyu.

Pancaran tiga warna pertanda wahyu, biasanya pada pukul 3 dini hari :

1. Wahyu Nurbuwah, artinya wahyunya Kraton Bintoro, dapat menjadi Raja Paranpara (utama) yang mempunyai jiwa terbuka dan wujudnya wahyu, cahaya kemilau bagaikan permata indah.

2. Wahyu Kukumah, warnanya bagaikan berlian yang telah digosok, sebuah pertanda telah terbukanya tirai Tuhan dan diperbolehkan menjadi Ratu Adil yang menguasai jawa dan dibenarkan untuk menguasai ilmu untuk kearah kebaikan.

3. Wahyu Wilayah, warnanya bagaikan jamrud, bercampur berlian biru yang sangat indah warnanya, sebagai tanda kalau sudah diteima sebagai Waiullah.

17 Agustus 2012

Peran Thariqah dalam Menjernihkan Hati

oleh alifbraja

Bila kita mau melihat lebih jauh tentang filosofis atau makna‘ Al Mudghoh’ yang di sebutkan pada bahasan sebelumnya ((ألا إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب) [البخاري ومسلم]). Hati sering digunakan dengan maksud makna jiwa, dan hati yang bermakna liver. Untuk menggambarkan betapa pentingnya menjaga hati yang bermakna jiwa manusia saya akan menguraikan mudhgoh atau hati dalam hadis tersebut dengan makna liver. Ini analog saja untuk memudahkan pemahaman pada tujuan dari pembahasan kita ini.
Mudghoh atau hati letaknya di dalam tubuh manusia. Tubuh manusia membutuhkan perhatian yang serius. Perlu kita ketahui bahwa penyakit-penyakit manusia bersumberkan dari hati . baik dan tidaknya metabolism tubuh seseorang tergantung pada baik dan tidaknya darah darah orang tersebut. Dan darah itu akan menjadi baik dan tidak tergantung dua hal:
Pertama; apa yang dimakan dan yang dan bagaimana cara memperoleh makanan itu. Apa yang dimakan adalah harus sehat, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daging-dagingan yang memperkuat stamina. Kemudian darimana yang kita makan atau bagaimana cara mendapatkan makanan itu. Yang jelas makanannya harus halal, halal disini sudak mencakup pengertian makanan itu diperoleh dengan cara yang benar.Kedua darah itu baik dan tidaknya adalah bersumber dari pencernaan. Pencernaan yang berfungsi dengan baik akan membuat darah baik dan begitu juga sebaliknya; jika pencernaannya tidak berfungsi dengan baik maka darah yang dihasilkannya juga tidak baik.
Upaya untuk membantu memperbaiki pencernaan biasa kita lakukan paling tidak satu tahun sekali; yaitu puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan diantara manfaatnya adalah membersihkan semua organ-organ manusia. Panasnya pencernaan orang-orang yang berpuasa akan membakar hal-hal yang negative dalam pencernaan seperti bachsil dan bakteri. Dan lain sebagainya. Dengan demikian pencernaan dapat kita analogikan seperti bejana yang kita gunakan untuk memasakn segala sesuatu.
Kita bayangkan seandainya bejana itu tidak pernah dicuci. Setalah kita gunakan untuk memasak ikan laut, kita gunakan untuk memasak telur, terus demikian silih beganti sehingga menimbulkan kerak pada bejana itu. Demikian pula pencernaan, kerak-kerak, imbas daripada yang kita makan lambat atau cepat mempengaruhi proses kerja perncernaan atas makanan yang kita konsumsi.
Sangat jelas sekali bahwa pencernaan tidak bisa bekerja sendiri. Hasil proses pencernaan dilimpahkan ke ginjal, pancreas sampai pada liver. Dari kerja sama yang kompak menghasilkan beberapa hal, diantaranya darah putih, darah merah, sperma, keringat, air kencing dan kotoran.
Dari hasil kerja sama yang baik antara organ tubuh manusia tersebut akan menghasilkan lima hal di atas yang baik pula. Bila akibat proses kerja pencernaan yang kurang baik sehingga terjadi darah kotor dalam tubuh manusia, maka sangat diperlukan sekali pembersih. Yang pertama untuk membersihkan pencernaan yang menjadi sumber pengelola makanan dalam tubuh. Kedua membersihkan apa yang telah di olah.
Tugas liver adalah menjatah atau menyalurkan darah ke jantung, ke otak kecil. Apakah tidak mungkin apabila darah atau kotoran akan mempengaruhi fisik otak manusia serta sarafnya. Sehingga kurang mampu untuk berfikir baik, membuka wawasan, dan pandangan yang jauh. Apalagi jelas kita tidak menginginkan pola fikir-pola fikir yang kurang baik. Yang tidak menguntungkan bagi pribadi kita, baik dalam urusan dunia dan maupun akhirat kita.
Dengan hasil darah yang baik, sehat, akan sangat membantu dalam kecerdasan; dari kecerdasan hati sampai kecrdasan akal. Sehingga menumbuhkan pola fikir dan wawasan serta pandangan yan jernih. Bisa memilah mana yang menguntungkan dalam dunia dan akhiratnya. Dan mana yang merugikan dalam kedua hal tersebut.
Secara fisik saja sangat memerlukan kesehatan dan kebersihan. Hati adalah bagian tubuh manusia yang sangat berperan dalam memberikan atau dalam mensuport pola fikir, wawasan dan pandangan manusia, karena hati adalah tempatnya iman dan tempatnya nafsu. Lalu apa yang terjadi jika kita tidak mempunyai alat untuk membersihkannya.
Kita harus memberikan makanan hati serta pembersihnya seperti ilmu ma’rifat dan lain sebagainya, yang terkait dengan keimanan serta pertumbuhannya. Paling tidak kita bisa memilih mana yang di dorong oleh imannya dan mana yang didorong oleh nafsunya.
Seperti masalah pencernaah diatas bukan sesuatu hal yang mustahil bilamana kita mendiamkan kotoran-kotoran hati maka akan mempengaruhi pola fikir yang pada dasarnya akan merugikan diri sendiri.
Dorongan bathin untuk menuju ke jalan Allah, ketahuilah bahwa jalan yang pertama-tama harus ditempuh adalah mengeluarkan dorongan yang kuat dihati untuk berminat dan mengajak untuk menuju Allah Ta’ala dan menuju jalan ke Akherat, serta menomor duakan dunia, dari segala yang biasanya dikejar manusia kebanyakan. Seperti mengumpulkan menumpuk kekayaan, bersenang-senang menurut hawa nafsunya, serta bermegah-megahan, dalam tindakan dan kemewahannya.

Dorongan ini merupakan rahasia-rahasia Tuhan yang dilimpahkan ke dalam hati hamba-Nya, itulah yang dikatakan inayah Tu han dan tanda-tanda petunjuk-Nya, sering inayah serupa di limpahkan ke dalam hati hambanya dikala dalam ketakutan atau menggembirakan atau timbulnya kerinduan terhadap Zat-Nya, ataupun ingin mengadakan pertemuan dengan para wali Allah, atau sewaktu mendapatkan nasehat atau pandangan dari mereka. Adakalanya dorongan tersebut tanpa ada sesuatu sebab tertentu
Adapun cita-cita untuk-mendapatkan dorongan serupa itu, memang diharuskan dan digalakkan. Akan tetapi bercita-cita saja tanpa berusaha untuk meningkatkan dan mendapatkannya, itu satu keputusan yang bodoh, yang menunjukkan orang yang berharap atau bercita-cita saja tanpa amal, sangat bodoh sekali, bukanlah Rasul pernah bersabda ; Sesungguhnya Tuhan telah menyediakan berbagai kelimpahan pada setiap manusia, maka hendaklah kamu menuntutnya.
Siapa yang telah mendapatkan penghargaan dari Allah Rabbul Alamin dengan dorongan yang Mulia ini, hendaklah ia menyediakan dirinya pada tempat yang sesuai. dan hendaklah ia tahu bahwa karunia Allah Ta’ala ini, adalah nilai yang paling tinggi di antara nikmat-nikmat yang lain. Dan tak dapat dinilai derajatnya, dan tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Kesyukuran atas nikmat-Nya, maka hendaklah melipatgandakan kesyukuran-mu terhadap Allah Ta’ala atas nikmat yang besar yang telah diberikan kepadamu. Dipilih dan diutamakan diantara orang-orang yang setaraf dengan rekan-rekan yang berjuang yang telah mendapatkan nikmat.
Sangat banyak orang-orang Islam yang sadar mencapai usia delapan puluh tahun atau lebih akan tetapi ia masih belum dikaruniakan dorongan serupa dan hatinya tidak pernah terketuk oleh rahasia bathinnya
Setiap murid harus rajin berusaha untuk meperkokoh, memelihara dan menuruti ajakan dorongan bathin tersebut. Cara untuk memperkokohnya ialah dengan memperbanyak mengingat Allah Ta’ala (dzikir), merenung dan memperhatikan segala kekuasaan Allah Ta’ala, dan senantiasa dekat dan berdampingan dengan wali Allah. Cara lain memeliharanya dengan menjauhkan diri dari berkumpul bersama-sama orang-orang yang tidak bermanfaat dalam agama, dan menjauhkan segala was-was dan tipu daya syaitan. Yang terakhir dengan cara menuruti ajakannya ialah berlomba-lomba kembali kejalan Allah, berlaku benar dalam menghadapi segala perintah-Nya, tidak bermalas-malasan dan tidak menunda-nunda serta tidak pula melambat-lambatkannya.
Bahkan apabila sampai pada masanya hendaklah ia menunaikan, dan apabila terbuka pintu kebajikan hendak­lah ia masuk tanpa banyak berpikir, dan apabila diseru untuk berbakti hendaklah bergegas, dan tidak tanggung-tanggung, hendaklah ia berhati-hati atas ucapan besok atau lusa, sebab yang demikian itu adalah hasutan syaitan. Malah hendaklah ia terus-menerus mengerjakan segala amal baik itu dengan segera, tidak ditangguh-tangguhkan atau mencari-cari alasan karena tidak ada waktu, atau belum masa­nya untuk beramal dan sebagainya.
Berkata Abur Robi’ Rahimahullah, tujukan dirimu ke jalan Allah dalam keadaan tampan atau cacat diri, jangan sekali-kali menunggu waktu sehat saja, karena menunggu waktu sehat itu adalah merugikan.
Berkata Ibnu Atha’ dalam kitabnya Al-Hikam menangguh-nangguhkan sesuatu pekerjaan sehingga ada peluang, menandakan kebodohan jiwa.
Risalatul Murid, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad.ra

Allah berfirman :
 “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Al Baqarah : 201]
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya hati ini benar-benar berkarat dan sesungguhnya [cara] menjernihkannya adalah [dengan] membaca Al Quran, mengingat mati dan menghadiri majelis-majelis zikir.”
Hati itu berkarat, jika memang si pemiliknya menyadari apa yang telah digambarkan oleh Nabi SAW di atas. Jika tidak, maka ia akan berubah hitam kelam. Ia menghitam karena jauh dari [pancaran] cahaya. Ia menghitam karena kecintaannya pada dunia dan kepemilikannya tanpa sikap wara’. Memang, barang siapa yang di dalam hatinya sudah bercokol kuat kecintaan pada dunia, maka hilanglah rasa wara’ nya. Ia menjadi sembarangan mengumpulkan duniawi dari yang halal dan haram. Kesadaran untuk memilah dalam mengumpulkan harta telah hilang, dan rasa malunya pada Tuhan-nya dan pengawasanNya telah lenyap.
Wahai manusia ! terimalah resep Nabi kalian dan segeralah menjernihkan hati kalian dengan obat yang telah beliau deskripsikan pada kalian. Jikalau salah seorang di antara kalian terserang sakit, lalu dokter memberinya resep obat padanya, tentu saja hidupnya akan berubah dan akan langsung menggunakannya.
Awasilah selalu Allah dalam kesendirian dan keramaianmu. Jadikanlah Ia pusat pandangmu hingga kalian seolah-olah melihatNya, dan jika kalian tidak bisa melihatNya, maka [ingatlah selalu] bahwasanya Dia Melihatmu. Barang siapa yang berzikir menyebut Allah ‘Azza wa Jalla dengan hatinya, maka ia benar-benar seorang pezikir, dan tidaklah disebut pezikir orang yang tidak berzikir menyebutNya dengan hatinya. Lisan [bibir] adalah pemuda hati dan subordinatnya. Senantiasalah menyimak petuah, sebab jika hati absen dari petuah, maka ia menjadi buta.
Hakikat taubat adalah mengagungkan perintah Al Haqq ‘Azza wa Jalla dalam segala kondisi. Sebagian kaum [shaleh] menuturkan “segala kebaikan [terangkum] dalam dua kata : pengagungan perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan cinta kasih pada makhlukNya. Setiap orang yang tidak mengagungkan perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan tidak menyayangi makhluk Allah, maka ia jauh dari Allah.” Allah mewahyukan pada Musa AS, “sayangilah [makhluk-Ku] hingga Aku menyayangimu, maka ia pun akan Ku sayangi dan akan Ku masukkan ke dalam surga Ku.” Sungguh beruntung orang yang penyayang [tetapi kalian, wahai manusia] umur kalian sia-sia dalam perilaku, “mereka makan, kami juga makan, mereka minum, kami juga minum, mereka berpakaian, kami juga berpakaian …”
Barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan, maka sebarkanlah nafsu dirinya dari [mengkonsumsi] hal-hal yang haram, syubhat dan syahwat. Juga hendaklah ia bersabar menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya, serta menyetujui takdirNya. Kaum shaleh senantiasa bersabar bersama Allah SWT dan tidak bersabar dariNya. Mereka bersabar demi Dia dan didalamNya. Mereka bersabar agar bisa bersamaNya. Mereka hanya memohon agar Dia berkenan menganugerahkan pada mereka kedekatan denganNya. Mereka keluar dari rumah-rumah hawa nafsu dan tabiat mereka serta senantiasa membawa syara’ bersamanya. Mereka berjalan menuju Tuhannya. Meskipun menemui petaka, kesusahan, penderitaan, musibah, mendung, masalah, lapar, dahaga, ketelanjangan, kenistaan dan kehinaan, mereka tetap tidak memperdulikannya dan tidak urung kembali [membatalkan] perjalanan mereka, serta tidak berubah sedikitpun dari lintasan yang mereka lalui. Mereka terus maju ke depan tanpa sedikit pun melambatkan perjalanan mereka. Mereka terus berbuat demikian hingga kekekalan hati dan qalib [fisik] bisa dicapainya.
Wahai manusia ! berusahalah bertemu dengan Al Haqq ‘Azza wa jalla dan malulah denganNya jika belum menemuiNya. Rasa malu orang Mukmin pada Allah SWT, kemudian pada makhluknya hanya terkait dengan masalah agama dan pelanggaran batasan syara’. Ia tidak boleh malu, apalagi minder dalam [menjalankan] agama Allah, menegakkan ketentuan-ketentuanNya dan melaksanakan perintahNya.
“Dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk [menjalankan] agama Allah.” [QS An Nur : 2]
Barang siapa yang benar-benar mengikuti Rasulullah SAW, maka beliau akan memakaikannya baju besi dan topi perang, menyerahkan beliau kepadanya, membekali kesantunan perilaku dan akhlak beliau, serta memakaikannya jubah kebesarannya. Beliau juga sangat senang dengannya sebagai sosok umatnya dan bersyukur pada Allah SWT atas hal tersebut. Beliau kemudian mengangkatnya sebagai deputinya dalam komunitas umatnya, serta pembimbing jalan menuju Al Haqq ‘Azza wa Jalla. Maka tatkala Al Haq ‘Azza wa Jalla menjemput ajalnya, maka Diapun mengangkat salah seorang umatnya untuk menggantikan [tugas]nya. Orang-orang inilah yang merupakan manusia-manusia pilihan, jumlahnya hanya 1 berbanding 1 juta jiwa. Mereka membimbing manusia dan bersabar menghadapai siksaan sambil terus memberi nasihat pada mereka. Mereka tersenyum di muka kaum munafik dan durjana, serta memikat mereka dengan segala upaya demi membersihkan kotoran yang ada dalam diri mereka untuk kemudian menggandeng mereka menuju pintu Tuhan mereka ‘Azza wa Jalla.
Diriwayatkan dari beberapa kaum shaleh, “Tidak tertawa di depan muka orang fasik kecuali orang yang arif.” Ia tertawa di depan si fasik dan memperlihatkan kepadanya bahwa ia memang tidak mengenalnya, namun ia mengetahui kebobrokan rumah agamanya dan kehitaman muka hatinya oleh gumpalan daki dan kotoran. Orang yang fasik dan munafik menyangka bahwa keduanya bisa menyembunyikan perkara mereka dari orang arif dan ia pun tidak mengetahui mereka. Sungguh tidak, sekali lagi tidak ada kemuliaan sedikitpun pada mereka. Mereka tidak dapat bersembunyi dari orang arif, karena ia mengetahui mereka hanya dengan lirikan, tatapan, kata dan gerakannya. Ia bisa melihat lahir dan batin mereka. Tidak diragukan lagi, celakalah bagi kalian. Kalian pikir, kalian bisa menyembunyikan kebusukan kalian dari kaum shidiqqin yang arif dan alim ? sampai kapan kalian akan mensia-siakan usia dalam kehampaan ? carilah orang yang dapat membimbingmu menuju jalan akherat, hai orang yang tersesat !
Allah Maha Besar di atas kalian, hai orang-orang yang mati hati dan musyrik dengan sarana-sarana duniawi ! kalian juga, hai para penyembah berhala ! kekuatan dan daya mereka, pekerjaan, modal, penguasa negeri dan arah-arah yang mereka tuju, sesungguhnya mereka terhijab dari Allah SWT. Setiap orang yang memandang kemudaratan dan kemanfaat berasal dari selain Allah SWT, maka ia bukanlah hambaNya, akan tetapi ia adalah hamba yang memandang hal itu [kemudaratan dan kemanfaatan] sebagai berasal darinya. Hari ini [di dunia], mereka telah berada dalam api Neraka Jahanam. Tidak ada orang yang bisa selamat dari Neraka Allah ‘Azza wa Jalla kecuali orang-orang yang bertakwa, mengesakan ikhlas, dan orang-orang yang bertaubat.
Bertaubatlah dengan hatimu, baru kemudian dengan lisanmu. Taubat merupakan inti perubahan, yang merubah kuasa hawa nafsu, setan dan kolega-kolegamu yang buruk. Jika engkau bertaubat, maka ubahlah fungsi pendengaran, penglihatan, lisan, hati dan seluruh anggota tubuhmu. Murnikanlah makanan dan minumanmu dari kotoran haram dan syubhat. Suburkanlah rasa wara’mu dalam pekerjaan, dan jual belimu. Jadikanlah citamu hanya tertuju pada Al Mawla junjunganmu ‘Azza wa Jalla. Hapuslah kebiasaanmu dan gantikan tempatnya dengan beribadah. Hapuskanlah kemaksiatan dan gantikan ia dengan ketaatan. Lalu carilah hakikat dengan tetap memegang keshahihan syariat dan kesaksiannya, sebab setiap hakikat yang tidak dipersaksikan oleh syariat, maka ia adalah ke-zindiq-an.
Jika instruksi ini telah engkau realisasikan, maka akan datang padamu kefanaan dari akhlak yang tercela dan dari memandang seluruh makhluk. Ketika itulah, lahirmu akan terpelihara dan batinmu sibuk dengan Tuhanmu ‘Azza wa Jalla. Jika hal ini telah mewujud sempurna dalam dirimu, maka dunia akan datang di hadapanmu dengan sisi-sisinya, lalu menempatkanmu sebagai bagiannya, dan seluruh makhluk mengikutimu, dari yang pertama hingga yang akhir. Semua itu tidak akan mudarat bagimu serta tidak akan mengubahmu dari pintu Al Mawla Junjunganmu ‘Azza wa Jalla, sebab engkau telah berdiri bersamaNya, menerimaNya, dan asyik tenggelam denganNya, memandang kebesaran dan keindahanNya. Engkau hancur tercerai-berai, ketika memandang kebesaranNya, lalu engkau menyatu kembali, ketika memandang keindahanNya. Engkau takut ketika menatap kebesaranNya, serta berharap ketika menatap keindahanNya. Bergetar ketika menyaksikan kebesaranNya, dan kokoh ketika menyaksikan keindahanNya. Sungguh bahagia orang yang telah mencicipi makanan ini.
Ya Allah berilah kami makan dari makanan kedekatan-Mu dan minumilah kami dengan minuman kemesraan-Mu.
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Al Baqarah : 201]
16 Agustus 2012

ASWAJA dan Multikulturalisme

oleh alifbraja

“Jika Kita memiliki Pemimpin yang mengerti pentingnya keberagaman ( Multikulturalisme ), maka kita dengan sendirinya akan beruntung, tetapi jika kita mengutamakan keseragaman, maka mau tidak mau kita lalu menyimpang dari semboyan ; Bhinneka Tunggal Ika” ( Gus Dur).
Pernyataan Gus Dur, ada benar karena pada saat ini, bangsa Indonesia mengalami disintegrasi yang makin tajam dan kuat intensitasnya berupa sentimen kelompok berbau SARA, dan jika tidak ditanganin secara serius, tidak menutup kemunkinan bangsa sebesar Indonesia, akan terjadi perpecahan dan perang antar saudara, akibat tidak memahami arti perting perbedaan antar elemen bangsa.
Dalam buku Tantangan Multikulturalisme di Indonesia, karangan Prof. Nur Syam ini, mengulas dinamika gerakan keagamaan yang menjadi batu sandungan Multikulturalisme dan Cita-cita paham Akhlusunnah Wal jama’a. Pasca reformasi, ia melihat gerakan keagamaan yang cendrung radikal seperti momentum yang sangat kuat untuk berkembang. Gerakan keagamaan seperti ini ditandai dengan sekuarang-kurangnya tiga hal, yaitu: kembali kepada islam sebagaimana dilakukan oleh ulama sholeh, penerapan syariah dan khilafah islamiyah, dan kecendrungan menolak produk barat. Gerakan teo-demokrasi tentunya bukan isapan jempol. Gerakan ini berkembang, terutama dikalangan generasi muda, karena tawaran-tawaran problem solving yang dianggap relevan ditengah berbagai kehidupan yang semakin kompleks, padahal hanya kamuflase.
 Nah, menurut pandangan orang-orang memahami multikulturalisme, perbedaaan kebudayaan adalah bagian dari ciri kehidupan bermasyarakat dan merupakan keniscayaan yang harus dihargai. Makanya, di dalam kerangka saling menghargai pemahaman itu diharuskan untuk saling tidak memaksakan pendapat, apalagi yang menyangkut kepentingan publik yang multikultural.
Lalu, Aswaja yang menjadi jalan tengah dan mampu mengakomodasi kesenjamgan antar elemen masyarakat juga tidak luput dari tantangan serupa, baik gerakan ekslusif maupun gerakan inklusif. Tentu aswaja yang menjadi doktrin terbuka lebih dekat pada yang inklusif atau pribumisasi islam. Yaitu corak yang islam yang memiliki kedekatan bahkan akomodasi pada akomodasi budaya lokal. 
Dan disatu sisi, dalam pemikiran dan praksis islam juga muncul gerkan-gerakan islam fundamendal yang tujuan untuk menjaga genuitas islam. Secara transplanted muncul Ikhwanul al-Muslimin yang semula tumbuh dan berkembang di Mesir, Hizbut Tahrir yang tumbuh di Libanon dan gerakan-gerakan fundamental lain yang tumbuh dan berkembang di Indonesia seperti Front Pembela Islam ( FBI ), Lasykar Akhlus Sunnah Wal Jama’ah dan sebaginaya. 
Meskipun memiliki perbedaan dalam cara pandang dan metodologi gerakan, tetapi ada kesamaan dalam visi dan misinya. Diantanya: mendirikan khilafah, mengikuti ulama salaf yang saleh, memusuhi barat sebagi setan dan memusuhi islam liberal, hal inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi tercapainya Akhlusunah wal Jama’ah dan Multikuturalisme di Indonesia.
Dalam buku Pendidikan Multikultural choirul Mahfud , mengatakan bahwa menjadi penting dan sangat mendesak dinegara yang masyarakatnya semakin majemuk. Karena pertama penyelenggaraan pendidikan multikultural diyakini dapat menjadi solusi nyata bagi konflik dan disharmonisasi yang terjadi dimasyarakat, khususnya yang kerap terjadi di Indonesia yang secara realitas prural. Dengan kata lain pendidikan multikultural dapat dijadikan sarana alternatif pemecahan konflik sosial, budaya dan gerakan keagamaan masyarakat yang cendrung puritan. Spektrum kultul masyarakat Indonesia yang amat beragam ini, menjadi tantangan bagi dunia pendidikan guna mengolah perbedaan tersebut menjadi sesuatu aset, bukan sumber perpecahan. 
Kedua upaya pembinaan terhadap siswa agar tidak tercerabut dari akar budaya indonesia yang dimeliki sebelumnya, tatkala ia berhadapan dengan dengan realitas sosial-budaya diera globalisasi, pertemuan antar budaya menjadi ancaman serius bagi anak didik. Ketiga mengujudkan masyarakat yang multikutural, sebab dalam masyarakat Indonesia yang multikultural dengan bhinneka tunggal ika bukan hanya dimaksudkan keanekaragaman suku bangsa an sich, melainkan juga keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat indonesia secara keseluruhan. Eksistensi keragaman kebudayan tersebut selalu dijaga yang bisa tampak dalam sikap saling menghormati, menghargai, toleransi antar kebudayaan lainnya Dengan pendidikan multikultural tersebut dapat membuahkan hasil harmonisasi agama. Artinya, didalam harmoni itu terpancar “kesadaran bersama” untuk mengujudkan agama sesuai dengan fitrahnya masing-masing akan tetap toleransi dan tenggang rasa yang mendalam mengenai adanya perbedaan dan sekaligus kesamaan didalam agama-agama. 
Kesalehan teologis adalah ciri khas masing-masing agama yang tidak bisa dikompromikan, namun kesolehan sosial adalah adalah ruang humanitas yang bisa ditoleransikan dan sekilgus dikerjasamakan. Dan islam sendiripun, perbedaan budaya adalah bagian keniscayaan sunnatullah yang tidak bisa dihindarkan sekaligus mengakui dan menghargai perbedaan yang ditampakkan dengan wajah bangsa, etnis, tradisi, dan berbagai tindakan lokal yang bersifat diversifikatif.
Kehadiran Buku Terbitan IMPULSE ini, merupakan salah satu karya penting yang bisa dijadikan rujukan bagi seluruh elemen masyarakat yang ingin menelaah secara lebih mendalam tentang diskursus tentang multikultural yang saat ini sedang ramai diperbincangkan oleh berbagi kalangan, baik akademisi pendidikan, budayawan, dan aktivis LSM yang sedang mengeluti masalah-masalah multikulturalisme, termasuk para agamawan yang perhatin pada bangsa yang menghadapi radikalisme agama.
Tak pelak, profesor ilmu sosiologi islam ini, mampu memadukan kegelisan penganut paham Aswaja dan Multikulturalisme, karena pemikiran aswaja terus seirama dengan dinamika zaman dan tuntutan kebutuhan masyarakat ditengah kehidupan yang makin globalisti dan kapitalistik.
Jadi, indonesia yang seperti mozaik akan semakin kaya keberagaman budaya. Jika multikulturalisme dijadikan landasan menghormati dan menghargai terhadap segala bentuk keberagaman dan perbedaan, baik etnis, suku, ras, agama, maupun simbol-simbol perbedaan lainya menjadi penting untuk ditanamkan dalam dunia pendidikan. Sebab media pendidikan amat strategis untuk menyemai nilai-nilai multikultural dan diyakini mampu mencetak seseorang siapa saja, seperti profesor, koruptor, birokrat, pejabat maupun penjahat. Sehingga, dirasa kurang dan tidak menjadi manusia Indonesia yang baik, kalau tidak mengerti sekaligus mengenal multikulturalisme.

 

SUMBER  http://alifbraja.16mb.com

15 Agustus 2012

RAHASIA ASHHABUL KAHFI

oleh alifbraja

RAHASIA ASHHABUL KAHFI

keyword-
images Selama ini orang memandang peristiwa ashhabul kahfi sebagai sebuah keajaiban yang berasal dari Allah swt. Kisahnya sendiri berkisar tentang sekelompok pemuda yang mendapatkan hidayah dari Allah swt karena tidak mempercayai bahwa Raja mereka adalah tuhan. Namun karena takut jika tak mengakuinya sebagai tuhan mereka akan dihukum, maka para pemuda ini pun bersepakat melarikan diri keluar dari wilayah kerajaan.

Perjalanan itu sendiri dipimpin oleh salah satu pemuda yang bernama Tamlico. Sungguh Maha Besar Allah, di tengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang penggembala yang akhirnya malah menjadi pengikut mereka. Dari informasi penggembala itulah akhirnya mereka menemukan sebuah gua untuk berlindung. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 408-450 M di masa pemerintahan Kaisar Theodosius II (Dyqianus). Untuk selanjutnya, kami rasa orang sudah banyak yang tahu hasil akhir ceritanya, apalagi Al Qur’an sendiri sudah menegaskannya dengan sangat jelas Di sini tidak akan dikemukakan secara detail cerita lengkapnya dari awal hingga akhir.

Apa yang akan dijelaskan hanyalah hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa ashhabul kahfi menurut dunia sains. Gua para ashhabul kahfi ini tertidur terletak di sebuah kampung bernama Al Rahiib di wilayah Yordania. DR. Rafiq Wafa Al Dujani, seorang arkeolog asal Yordania, pada tahun 1963 melakukan riset terhadap gua ini.

Pada gua ini didapati 8 buah makam dan rahang anjing (rahang atas) di dekat pintu gua. Jumlah ashhabul kahfi ada 7 orang termasuk sang penggembala, sementara yang kedelapan adalah anjingnya. Jika yang lainnya dikuburkan secara berdampingan, maka si anjing dikuburkan di depan pintu gua, tempatnya berjaga dulu. Di tahun yang sama, Direktorat Benda Bersejarah Yordania dipimpin oleh DR. Rafiq Wafa Al Dujani, melakukan penggalian di wilayah Sahab atau sekitar 13 km sebelah tenggara kota Amman, ibukota Yordania. Dari penggalian itu ditemukan bukti- bukti sebagai berikut: Bukti Sejarah Di atas gua ditemukan sebuah bangunan yang dulunya diperkirakan adalah sebuah bangunan tempat ibadah. Bangunan itu terdiri dari 7 buah tiang batu yang tingginya tidak sempurna berbentuk bulat. Selain itu juga ditemukan sebuah mihrab berbentuk setengah lingkaran tepat di atas pintu gua.

Sedangkan di antara sisa-sisa tiang masjid terdapat sumur masjid yang dulunya digunakan untuk tempat berwudhu. Masjid tersebut mengalami renovasi berulangkali, termasuk saat Khalifah Al Muwaffaq dari Dinasti Abbasiyah berkuasa. Agaknya, tempat ibadah ini sengaja didirikan oleh salah satu penguasa tak lama berselang setelah para ashhabul kahfi meninggal dunia. Lalu oleh penguasa-penguasa selanjutnya bangunan ini dilestarikan dan berulangkali direnovasi hingga sekarang. Selain itu, di dalam gua juga ditemukan lemari kaca berisi tulang tengkorak anjing, beberapa keping uang logam, gelang dan cincin, manik-manik serta bejana yang terbuat dari tanah. Image Hosted by ImageShack.us B

ukti geologi Pakar geologi Nazhim Al Kailani menegaskan, debu gua dan wilayah Ar Raqiim bisa membantu menjaga kebugaran tubuh. Debu ini terdiri dari karbohidrat, kalsium, magnesium, serta galian tumbuh-tumbuhan dan binatang yang kaya radium. Bahan-bahan ini terdapat pada uranium dan turanium bersinar yang di antara keistimewaannya adalah menghasilkan sinar alfa, beta, dan gama. Jenis-jenis sinar ini memiliki pengaruh sangat besar untuk mensterilkan daging, tumbuh-tumbuhan, serta menjaga dan mengawetkan. Al Kailani meyakini bahwa keberadaan jenis debu (tanah) dengan segala jenis unsur dan keasaman yang terkandung didalamnya tersebut, jika direaksikan dengan sinar matahari, akan menjadi sarana pengawet jasad yang sangat baik.

Agar para Ashhabul Kahfi ini dapat tidur secara pulas dan tepat selama kurun waktu ratusan tahun, maka Allah swt melakukan hal-hal berikut: Menonaktifkan indera pendengaran ”Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.” (QS. Al Kahfi: 11) Artinya, aktifitas pendengaran mereka benar-benar dihentikan secara total untuk sementara waktu. Yang demikian itu karena indera pendengaran adalah satu- satunya indera yang terus bekerja terus-menerus meskipun orang sedang tidur atau bahkan koma sekalipun.

Jadi, untuk menghindarkan para ashhabul kahfi ini terjaga sewaktu-waktu, maka indera pendengaran mereka harus dinonaktifkan untuk sementara waktu. Menghentikan tugas organ penggerak (scending reticular activating system) yang ada pada pangkal otak (Brainstem). Syaraf ini sendiri memiliki dua tugas; pertama, bertanggung jawab atas indera pendengaran, dan kedua bertugas untuk menstabilkan badan bagian dalam dan luar. Karena itulah Allah berfirman, ”Kami tutup telinga mereka…” dan bukan ”Kami tutup pendengaran mereka..” Artinya, penonaktifan fungsi-fungsi tubuh ini akan menyebabkan seorang manusia tertidur dengan sangat pulas karena kepekaannya kepada daya rangsang dibuat tidak sensitif. Indera pendengarnya seperti mati dan syaraf penggeraknya tak merasakan sakit, lapar, haus atau gangguan- gangguan lainnya. Sel dan jaringan hidup dalam tubuh mereka dipertahankan dalam temperatur panas rendah dan dibiarkan tidak berkembang, namun uniknya juga dijaga agar jangan sampai mati. Menjaga tubuh dalam keadaan tetap sehat secara medis Allah swt berfirman: ” Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.” (QS. Al Kahfi: 18)

Tubuh mereka terus-menerus dibolak-balik dengan tujuan agar fisik mereka tidak rusak karena pengaruh alas tidur mereka pada badan mereka. Di sini sinar matahari juga berperan penting. Setiap hari tubuh mereka disinari oleh cahaya matahari di setiap pagi dan sore hari. Cahaya matahari ini berfungsi untuk memperkuat tulang-tulang serta jaringan tubuh dengan vitamin (vitamin D).

Selain itu, cahaya matahari juga berfungsi untuk mencegah gua dalam keadaan terlalu lembab dan pengap. Andai saja waktu itu ada orang yang melihatnya, kondisi mereka ini benar-benar akan dipandang aneh. Mereka bukan orang mati, orang yang melihatnya akan mengira kalau mereka sebenarnya sedang terjaga karena bisa bergerak-gerak dan berbolak-balik. Tapi orang juga akan merasa ketakutan karena mereka juga menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka bukan orang yang sedang terjaga dari tidur. Demikianlah, catatan-catatan yang kami buat di atas bisa saja salah perkiraan. Sebagai manusia kita hanya bisa membuat prediksi tentang peristiwa yang mungkin saja terjadi di masa lalu. Adapun kebenarannya kita serahkan kembali kepada ilmu Allah swt, Yang Maha Mengetahui segala hal.

5 Agustus 2012

Kaedah Fikih (3)

oleh alifbraja

Ketika Dua Maslahat Bertabrakan

Kaedah selanjutnya dalam kaedah fikih yang bisa diingat adalah mengenai pertimbangan maslahat. Jika kita bisa melakukan banyak kebaikan dalam satu waktu, maka alhamdulillah. Namun terkadang, kita mesti menimbang-nimbang kebaikan mana yang mesti kita lakukan karena mengingat tidak semuanya dilakukan bersamaan. Ketika bertabrakan antara melakukan shalat sunnah dan tholabul ilmi (menuntut ilmu agama), manakah yang mesti dipilih. Inilah yang akan kita bahas.

Syaikh As Sa’di mengatakan dalam bait syairnya,

فإن تزاحم عدد المصالح

يقدم الأعلى من المصالح

Apabila bertabrakan beberapa maslahat

Maslahat yang lebih utama itulah yang lebih didahulukan

 

Kaedah ini banyak tidak diperhatikan oleh kebanyakan orang. Ketika ada dua maslahat bisa dilakukan berbarengan, maka syukur Alhamdulillah. Namun suatu saat ada dua maslahat bertabrakan dalam satu waktu, maka kita bisa memilih manakah yang lebih manfaat.

Pengertian Kaedah

Yang dimaksud dengan kaedah di atas adalah jika seorang hamba tidak mungkin melakukan salah satu dari dua maslahat kecuali dengan meninggalkan maslahat yag lain, maka apa yang mesti ia lakukan saat itu? Kaedah di atas menunjukkan bahwa dalam kondisi seperti itu hendaklah kita pilih manakah yang lebih manfaat. Walau nantinya akan meninggalkan maslahat yang lebih ringan.

Dalil Pendukung

Dalil-dalil yang mendukung kaedah di atas adalah firman Allah Ta’ala,

وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ

Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabbmu” (QS. Az Zumar: 55).

فَبَشِّرْ عِبَادِ , الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ

Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal” (QS. Az Zumar: 17-18). Ayat-ayat ini menunjukkan untuk mengikuti yang “ahsan”, artinya yang lebih  baik atau yang lebih banyak maslahatnya.

Penerapan Kaedah

Dalam masalah amalan demikian adanya. Ada amalan yang lebih utama dari yang lain. Di sini kami akan beri contoh beberapa penerapan kaedah di atas:

1. Maslahat untuk orang banyak lebih diutamakan daripada maslahat untuk diri sendiri. Menuntut ilmu agama akan bermanfaat untuk orang banyak. Oleh karenanya, menuntut ilmu jika bertabrakan dengan shalat sunnah, maka menuntut ilmu lebih didahulukan. Karena manfaat shalat sunnah akan kembali pada diri sendiri beda halnya dengan menuntut ilmu.

2. Shalat wajib lebih utama dari shalat sunnah. Oleh karenanya, jika shalat wajib telah ditegakkan, maka shalat tersebut lebih didahulukan dari shalat tahiyatul masjid, shalat sunnah rawatib dan shalat sunnah lainnya.

3. Maslahat yang sifatnya khusus karena bertepatan dengan kondisi tertentu lebih diutamakan dari maslahat yang sifatnya umumu. Contoh, membaca Al Qur’an itu baik secara umum dan amalan ini adalah sebaik-baik dzikir. Namun setelah shalat yang dianjurkan adalah berdzikir, bukan membaca Al Qur’an. Begitu pula ketika pagi-petang, yang lebih diutamakan membaca dzikir pagi-petang jika dzikir tersebut belum ditunaikan.

4. Maslahat yang berkaitan dengan zat ibadah lebih didahulukan dari mashalat yang berkaitan dengan waktu dan tempat. Contoh dalam ibadah thowaf. Dianjurkan ketika thowaf saat tiga putaran pertama untuk melakukan roml (berjalan cepat). Ini adalah maslahat dalam zat ibadah thowaf. Ketika itu juga dianjurkan untuk lebih dekat Ka’bah. Ini anjuran yang berkaitan dengan tempat. Jika saat itu tidak bisa melakukan roml di dekat Ka’bah karena kondisi yang penuh sesak dan hanya bisa dilakukan jauh dari Ka’bah, maka lebih utama tetap melakukan roml meskipun jauh dari Ka’bah. Alasannya, maslahat yang berkaitan dengan zat yaitu roml, lebih didahulukan dari maslahat yang berkaitan dengan tempat, yaitu dekat dengan Ka’bah.

Kaedah ini bisa jadi pertimbangan untuk permasalahan fikih lainnya. Alhamdulillah, dengan memahami kaedah ini kita dapat beramal atau mengambil hukum dengan tepat. Kita berharap agar kebaikan yang ada bisa dilakukan berbarengan. Karena semakin banyak kebaikan yang dilakukan, itulah yang lebih baik. Namun jika tidak memungkinkan melakukan semuanya, maka jangan tinggalkan sebagian. Lakukanlah mana yang lebih maslahat.

Wabillahit taufiq.

7 Juli 2012

BENTENG TAQWA

oleh alifbraja
PERSOALAN TAQWA.
Dalam Alqur-an telah diterangkan bahwa manusia itu asalnya diciptakan dari tanah.
WALLOOHU KHOLAQOKUM MIN TUROOBIN.
Artinya : “Dan Alloh menciptakan kamu semua dari tanah “.
Meskipun manusia itu bahan penciptaannya dari tanah (jadi sama dengan bahannya cowek/cobek) tapi oleh Alloh Ta’ala manusia itu jadikan makhluk yang pa-ling mulya. Sehingga derajatnya manusia itu bisa lebih mulya dari tanah, lebih mulya dari tumbuh-tumbuhan, lebih mulya dari hayawan, lebih mulya dari jin, lebih mulya dari syaithon, bahkan lebih mulya dari Malaikat. Sebagaimana diterangkan dalam Alqur-an :
WALAQOD KARROMNAA BANII AADAM.
Artinya : “Dan sungguh-sungguh kami mulyakan Bani Adam”.
Akan tetapi (jadi ada tapinya) kemulyaan manusia yang melebihi semua makhluk itu ada yang tetap tersandang, ada yang tidak tetap, ada yang tambah meningkat, ada pula yang jatuh. Adapun yang jatuh itu :
Ada yang jatuh sampai ketingkat benda (jadi kembali ke tingkat bahannya), sebagaimana yang tersebut dalam Alqur-an :
KAL HIJAAROTI AU ASYADDU QOSWAH.
” Laksana batu bahkan lebih keras lagi “.
Ada yang jatuh ketingkat laba-laba.
KAMATSALIL ‘ANGKABUT.
“ Seperti laba-laba (kemlandingan) “
Ada yang jatuh ketingkat ternak.
ULAA-IKA KAL AN-’AAM.
” Mereka itu seperti hayawan ternak “.
Jadi bentuknya tetap bentuk manusia tapi martabatnya sudah jatuh ketingkat hayawan ternak, seperti kambing, sapi, kerbau dan seterusnya.
Ada yang jatuh ketingkat kera.
KUU-NUU QIRODATAN KHOOSYI-IIN
” Mereka itu seperti kera yang hina “.
Ada yang jatuh ketingkat babi.
WAL KHONAAZIIRI.
” Menjadi babi “.
Ada yang jatuh ketingkat anjing.
FAMATSALUHU KAMATSALIL KALBI.
Maka perumpamaannya itu seperti anjing.
Ada yang jatuh ketingkat syaithon.
SYAYAATHIINAL INSI WAL JINNI.
Syaithon berbentuk manusia dan berbentuk jin.
Jadi meskipun manusia itu asalnya mulya tapi bisa juga jatuh ketingkat yang rendah atau hina. Dan supaya manusia tidak jatuh ketingkat yang rendah maka Alloh Ta’ala membuat aturan. Jadi adanya aturan-aturan itu adalah untuk melindungi atau menjaga martabat manusia yang sangat tinggi itu agar tidak jatuh ketingkat yang rendah. Dan penjagaan atau perlindungan itu bahasa Arabnya adalah Taqwa. Makanya dalam Alqur-an diterangkan :
INNA AKROMAKUM ‘INDALLOOHI ATQOOKUM.
Artinya : “Sesungguhnya semulya-mulya diantara kamu bagi Alloh adalah yang paling taqwa diantara kamu”. (Al hujurot ayat 11)
Adapun TAQWA itu asalnya adalah dari kata WAQWA . WAQOO – YAQII – WIQOOYATAN.
Kemudian WAWU nya pada kalimat WAQWA dibuang, diganti dengan TA’, jadilah kalimat TAQWA. Dan WAQWA atau TAQWA itu artinya penjagaan atau perlindungan atau pembentengan. Jadi TAQWA itu adalah penjagaan atau perlindungan atau pembentengan martabat manusia (kedudukan manusia / kemulyaan manusia).
Adapun benteng TAQWA itu berlapis lapis (ada 4 lapis), yaitu :
  • Benteng lapis pertama berupa perintah-perintah Alloh yang bersifat dhohir.
  • Benteng lapis kedua berupa larangan-larangan Alloh yang bersifat dhohir.
  • Benteng lapis ketiga berupa perintah-perintah Alloh yang bersifat bathin.
    Seperti perintah shobar, perintah tawakkal, perintah dermawan, perintah ikhlas dan seterusnya.
  • Benteng lapis ke empat berupa larangan-larangan Alloh yang bersifat bathin.
    Seperti larangan takabbur (sombong), larangan riya’ (ingin dipuji), larangan nifak, larangan syirik dan lain sebagainya.
Dan kalau diri kita sudah bisa terbentengi dengan 4 lapis tembok taqwa itu, insya Alloh martabat kita akan tetap.